ATC (AIR TRAFFIC CONTROL)
ATC (AIR TRAFFIC CONTROL)
A. Pengertian Air Traffic Control Sistem
Air Traffic Control System atau dalam bahasa Indonesia disebut sistem control lalu lintas udara adalah
sistem yang mengatur lalu-lintas di udara terutama pesawat terbang untuk
mencegah pesawat terlalu dekat satu sama lain dan tabrakan. ATCS atau yang
disebut dengan Air Traffic Control System merupakan sistem pengatur lalu lintas
udara yang tugas utamanya mencegah pesawat terlalu dekat satu sama lain dan
menghindarkan dari tabrakan (making separation). Selain tugas separation, ATCS
juga bertugas mengatur kelancaran arus traffic (traffic flow), membantu pilot
dalam menghandle emergency/darurat, dan memberikan informasi yang dibutuhkan
pilot (weather information atau informasi cuaca, traffic information,
navigation information, dll). ATCS adalah rekan dekat seorang Pilot disamping
unit lainnya, peran ATCS sangat besar dalam tercapainya tujuan penerbangan.
Semua aktifitas pesawat di dalam area pergerakan diharuskan mendapat izin
terlebih dahulu melalui ATC, yang nantinya ATC akan memberikan informasi,
instruksi, clearance/izin kepada Pilot sehingga tercapai tujuan keselamatan
penerbangan, semua komunikasi itu dilakukan dengan peralatan yang sesuai dan
memenuhi aturan.
B. Tujuan Air Traffic Control Sistem
Berikut ini adalah
tujuan pelayanan sistem lalu lintas udara yang diberikan oleh ATCS berdasarkan
Peraturan Keselamatan Penerbangan Sipil (PKPS) bagian 170:
- Mencegah tabrakan antarpesawat.
- Mencegah tabrakan antarpesawat di area pergerakan rintangan di area tersebut.
- Mempercepat dan mempertahankan pergerakan lalu lintas udara.
- Memberikan saran dan informasi yang berguna untuk keselamatan dan efisiensi pengaturan lalu lintas udara.
- Memberitahukan kepada organisasi yang berwenang dalam pencarian pesawat yang memerlukan pencarian dan pertolongan sesuai dengan organisasi yang dipersyaratkan.
Biasanya Pengaturan lalu-lintas udara dilakukan di
atas menara (Tower), agar dapat melihat dengan jelas keadaan runway Landas
pacu.
C. Air Traffic Controller Pertama di Dunia
Bila ditarik
kebelakang, sejarah air traffic control mungkin dimulai 2 dekade setelah Wright
bersaudara menemukan pesawat pada tahun 1903. Tidak lama setelah perang dunia
pertama (PD I) berakhir, orang mulai menyadari bahwa pesawat terbang memiliki
potensi keuntungan dan komersil. Pada saat inilah beberapa perusahaan
penerbangan komersial terbentuk. Pada akhir tahun 1920, telah terdapat beberapa
perusahaan penerbangan komersial di Eropa seperti KLM di Belanda, 2 perusahaan
penerbangan Perancis, 1 di Belgia dan 8 di Inggris.
Tahun 1922
setelah terjadi minor collision di Bandara Croydon, London, pihak DGCA Inggris
mengeluarkan Notam 62/1922 yang isinya memberitahukan kepada Pilot yang akan
berangkat untuk mendapat urutan keberangkatan dan sinyal sebagai izin take off
dari ‘controller’. Sinyal ini adalah lambaian bendera merah. Segera setelah
ditemukan bahwa bendera ini tidak dapat terlihat pada beberapa tempat Croydon
karena memiliki slope miring pada satu sisi, posisi bendera ini dipindahkan ke
salah satu balkon pada gedung tertinggi. Pada bulan Juli 1922 di Croydon
dibangun sebuah tempat observasi yang sekelilingnya bermaterial kaca. Bangunan
ini sebenarnya dimaksudkan untuk menguji arah peralatan komunikasi wireless.
Selanjutnya, ‘tower’ ini menjadi pusat komunikasi bagi seluruh penerbangan di
bandara Croydon. Sang operator menusukkan pin pada peta yang tersedia tidak
lama setelah menerima laporan posisi pesawat, dan berdasarkan perhitungannya
sendiri, menjalankan pin tersebut sesuai dengan rute pesawat yang bersangkutan.
Apabila
diperkirakan 2 pesawat akan saling melewati, sang operator akan
menginformasikan hal tersebut kepada pilot. Inilah lahirnya ‘Advisory Service’
yang pertama. Selanjutnya pada Notam 109/1924 mengenai peraturan untuk take off
berbunyi “When the aircraft is visible
from the control tower, permission to depart will be given from the tower”. Inilah
pertama kali terminologi control tower dipakai. Pada tahun 1926 sistem
pengendalian lalu lintas udara mendapat nama baru yaitu Wireless Traffic
Control dan petugasnya disebut Control Officers. Mulai saat itu terminologi
‘control’ secara resmi digunakan, tetapi hubungan Pilot/Controller masih berupa
gentlements agreements. Hal ini berubah pada tahun 1927 dimana disepakati bahwa
controller tidak hanya menginfo pilot mengenai keberadaan traffic lain, tetapi
berhak memberikan arah terbang (direction) untuk menghindari traffic lawan.
Jadi siapakah air traffic controller pertama di dunia?
Jika melihat pada salah satu prinsip tugas air
traffic control yaitu menjaga keselamatan pesawat terbang di bandara dan
sekitarnya, sekiranya sah-sah saja jika menyebut Wilbur Wright sebagai air
traffic controller pertama dunia. Dan Orville Wright menjadi yang kedua. Karena
sementara Orville Wright melakukan 12 detik penerbangan pertama dalam sejarah
manusia pada tanggal 17 Desember 1903 di Kitty Hawk, California, Wilbur Wright
melakukan apa yang mungkin saat ini kita sebut sebagai ‘operational watch’.
Untuk dapat take off pada kecepatan 20 mil/jam, Wilbur berlari mengikuti
pesawat terbang pertama dunia itu sambil memegang wingtips-nya dan
menyeimbangkan pesawat tersebut sampai airborne. Kemudian Wilbur memperhatikan
dengan sangat seksama penerbangan tersebut sampai akhirnya Orville mendarat
kurang lebih 120 feet didepannya. Selanjutnya saat Wilbur bertindak sebagai
pilot, dan terbang selama 59 detik, giliran Orville Wright yang memperhatikan
penerbangan yang dilakukan saudaranya dengan seksama sampai akhirnya mendarat
852 feet didepannya.
D. Air Traffic Control Indonesia Dimata Dunia
Pada Tahun 2008 Indonesia terpilih sebagai salah satu pemenang Air Traffic Control (ATC) Global Awards. Hadiah tersebut diterima oleh DR. Budi Muliawan Suyitno, Direktur Jenderal Perhubungan Udara, Departemen Perhubungan pada tanggal 11 Maret 2008 di Amsterdam. lndonesia
ditetapkan sebagai pemenang atas upaya lndonesia dalam merealisasikan
penggunaan penemuan teknologi baru, yaitu pembangunan stasiun “automatic dependent surveillance” (ADS) guna memantau dan melacak posisi pesawat terbang yang melintasi
wilayah lndonesia secara akurat dan terintegrasi. Dengan metode tersebut
keterbatasan jangkauan radar dapat teratasi, karena pesawat secara otomatis
dapat melaporkan posisinya melalui pengenalan kombinasi sistem antara teknologi
GPS dan data untuk melacak posisi pesawat. Direktorat Jenderal Perhubungan
Udara Dephub bersama dengan perusahaan IT bandara “SITA” terpilih sebagai
pemenang pada kategori “Enabling Technology Award” kontribusi dalam peningkatan
kapasitas dan keselamatan penerbangan. Saingan lndonesia dalam mendapatkan
penghargaan pada kategori tersebut yaitu Thales ADS-B dan Adacel lnc.
Organisasi
Profesi Air Traffic Control Indonesia, Indonesia Air
Traffic Controllers Association - (IATCA)
dikukuhkan sebagai anggota organisasi International Federation of Air Traffic Controllers'
Associations ( IFATCA ) pada tanggal 23 Maret 2001 di Gedung PBB Geneva - Switzerland.
E.
Pembagian Pelayanan Lalu
Lintas Udara
Pelayanan Pengendalian Lalu Lintas Udara (Air traffic control service), pada ruang udara terkontrol Controlled
Airspace terbagi menjadi 3
(tiga) bagian yaitu:
1. Aerodrome Control Service
Memberikan
layanan Air Traffic Control Service, Flight Information Service, dan Alerting
Service yang diperuntukkan bagi pesawat terbang yang beroperasi atau berada di
bandar udara dan sekitarnya (vicinity of aerodrome) seperti take off, landing,
taxiing, dan yang berada di kawasan manoeuvring area, yang dilakukan di menara
pengawas (control tower). Unit yang bertanggung jawab memberikan pelayanan ini
disebut Aerodrome Control Tower (ADC).
2. Approach Control Service
Memberikan
layanan Air Traffic Control Service, Flight Information Service, dan Alerting
Service, yang diberikan kepada pesawat yang berada di ruang udara sekitar bandar
udara, baik yang sedang melakukan pendekatan maupun yang baru berangkat,
terutama bagi penerbangan yang beroperasi terbang instrumen yaitu suatu
penerbangan yang mengikuti aturan penerbangan instrumen atau dikenal dengan
Instrument Flight Rule (IFR). Unit yang bertanggung jawab memberikan pelayanan
ini disebut Approach Control Office (APP).
3. Area Control Service
Memberikan
layanan Air Traffic Control Service, Flight Information Service, dan Alerting
Service, yang diberikan kepada penerbang yang sedang menjelajah (en-route
flight) terutama yang termasuk penerbangan terkontrol (controlled flights).
Unit yang bertanggung jawab memberikan pelayanan ini disebut Area Control
Centre (ACC).
4. Pelayanan Informasi Penerbangan (Flight
Information Service)
Pelayanan yang dilakukan dengan
memberikan berita dan informasi yang berguna dan bermanfaat untuk keselamatan,
keamanan, dan efisiensi bagi penerbangan.
5. Pelayanan keadaan darurat (alerting service)
Pelayanan yang dilakukan dengan
memberitahukan instansi terkait yang tepat, mengenai pesawat udara yang
membutuhkan pertolongan search and rescue unit dan membantu instansi tersebut,
apabila diperlukan.
F.
Cara Kerja Air Traffic
Control
1. Kontrol Lalu Lintas Udara
Segala aktifitas pengaturan lalulintas udara dikendalikan dari ruang air
traffic control. Sedangkan Ruang Air Traffic Control sendiri terdiri dari empat
unit tugas yaitu :
1. Data
Analyzing Room
2. En-route
Control Unit
3. Pilot Unit
4. Terminal
Control Unit
Pada ruang Air Traffic Control bekerja para petugas pengatur lalu lintas
udara (air traffic controller) yang bertugas memantau dan mengarahkan
lalulintas pergerakan semua pesawat yang terpantau di angkasa.Dalam menjalankan
tugasnya, para petugas pengatur lalulintas udara memantau pergerakan pesawat
dari alat Air Traffic Control Display.
2. Sistem Pendaratan Pesawat
Instrument Landing System adalah suatu sistem peralatan yang ada di Bandar
udara yang digunakan untuk memandu pesawat dalam melakukan pendaratan dengan
aman dan lancar. Instrument Landing System menggunakan dua transmisi.Transmisi
yang pertama berfungsi untuk memandu pesawat menuju landasan pacu, transmisi
yang kedua menginformasikan tentang ketinggian pesawat dari landasan pacu.
3. Alur pendaratan pesawat terbang dengan dipandu
Instrument Landing System.
Setelah memberi tahu pada bandara yang dituju, awak pesawat menunggu instruksi
dari petugas Air Traffic Control. Pesawat akan diarahkan oleh Instrument
Landing System melaui radio beacon untuk menentukan arah pendaratan agar tepat
pada tengah tengah landasan pacu.
4. Ground Controlled Approach.
Pesawat yang terpantau radar akan diarahkan oleh operator Ground Controlled
Approach tentang petunjuk pendaratan pesawat terbang, dengan tujuan pesawat
dapat mendarat dengan aman. Pekerjaan ini menuntut konsentrasi yang tinggi dari
operatornya, sehingga diperlukan kerja shift karena bandara beroperasi dua
puluh empat jam.
G. Pelayanan Air Traffic Control
ATC memberikan layanan kepada pesawat udara dalam penerbangan antara
bandara juga. Pilot terbang di bawah salah satu dari dua set aturan untuk
pemisahan : Aturan Penerbangan Visual ( VFR ) atau Flight Rules Instrumen
(IFR). Pengendali lalu lintas udara memiliki tanggung jawab yang berbeda untuk
operasi pesawat di bawah perangkat peraturan yang berbeda . Sementara
penerbangan IFR berada di bawah kontrol positif , di VFR pilot AS dapat meminta
berikut penerbangan, yang menyediakan layanan konsultasi lalu lintas secara
memungkinkan waktu dan juga dapat memberikan bantuan dalam menghindari bidang
cuaca dan pembatasan penerbangan. Di seluruh Eropa , pilot dapat meminta "
Informasi Penerbangan Service" yang
mirip dengan berikut penerbangan. Di Inggris dikenal sebagai " Lalu Lintas
Layanan ".
En - rute pengendali lalu lintas
udara masalah izin dan instruksi untuk pesawat udara dan pilot diwajibkan untuk
mematuhi instruksi ini . Pengendali En-route juga menyediakan layanan kontrol
lalu lintas udara ke banyak bandara kecil di seluruh negeri , termasuk izin
dari dari tanah dan izin untuk pendekatan bandara. Controller mematuhi
seperangkat standar pemisahan yang menentukan jarak minimal yang diijinkan
antara pesawat. Jarak ini bervariasi tergantung pada peralatan dan prosedur
yang digunakan dalam memberikan pelayanan ATC.
En - rute pengendali lalu lintas udara bekerja dalam fasilitas yang disebut
Pusat Pengendalian Lalu Lintas Udara , yang masing-masing sering disebut
sebagai " Pusat". Amerika Serikat menggunakan istilah setara Air
Route Traffic Control Pusat ( ARTCC ) . Setiap pusat bertanggung jawab untuk
ribuan mil persegi wilayah udara ( dikenal sebagai Informasi Penerbangan Region
) dan untuk bandara dalam wilayah udara itu sendiri. Pusat mengendalikan
pesawat IFR dari saat mereka berangkat dari wilayah udara bandara atau terminal
daerah dengan waktu mereka tiba di wilayah udara lain bandara atau terminal
daerah. Pusat juga dapat "mengambil" VFR pesawat yang sudah mengudara
dan mengintegrasikan mereka ke dalam sistem IFR . Pesawat ini bagaimanapun
harus tetap VFR sampai center memberikan izin.
Pusat pengendali bertanggung jawab untuk mendaki pesawat untuk ketinggian
mereka diminta saat , pada saat yang sama , memastikan bahwa pesawat benar
dipisahkan dari semua pesawat lain di daerah . Selain itu , pesawat harus
ditempatkan dalam aliran konsisten dengan rute pesawat dari penerbangan. Upaya
ini rumit oleh persimpangan lalu lintas, cuaca buruk , misi khusus yang
memerlukan alokasi wilayah udara besar , dan kepadatan lalu lintas. Ketika
pesawat mendekati tujuan, pusat bertanggung jawab untuk memenuhi pembatasan
ketinggian oleh titik-titik tertentu, serta memberikan banyak bandara tujuan
dengan arus lalu lintas, yang melarang semua pendatang yang berkumpul
bersama-sama. Ini pembatasan aliran sering mulai di tengah-tengah rute, sebagai
pengontrol akan posisi pesawat mendarat di tujuan yang sama sehingga ketika
pesawat dekat dengan tujuan, mereka yang diurutkan.
Sebuah pesawat mencapai batas daerah kontrol Center
itu diserahkan ke depan Control Center di Area . Dalam beberapa kasus ini hand-off
proses melibatkan transfer identifikasi dan rincian antara controller
sehingga layanan kontrol lalu lintas udara dapat disediakan dengan cara yang
mulus, dalam kasus lain perjanjian lokal memungkinkan serah terima diam seperti
bahwa pusat penerima tidak memerlukan
koordinasi jika lalu lintas disajikan dalam cara yang disepakati . Setelah
hand-off , pesawat ini diberikan perubahan frekuensi dan mulai berbicara dengan
controller berikutnya. Proses ini berlanjut sampai pesawat tersebut diserahkan
ke terminal controller (pendekatan) . Karena pusat mengontrol area wilayah
udara yang besar, mereka biasanya akan menggunakan radar jarak jauh yang
memiliki kemampuan , pada ketinggian yang lebih tinggi , untuk melihat pesawat
200 mil laut ( 370 km ) dari antena radar . Mereka juga dapat menggunakan data
radar TRACON untuk mengontrol kapan ia menyediakan lebih baik gambar lalu lintas atau ketika dapat mengisi
sebagian dari area yang tidak tercakup oleh radar jarak jauh.
Dalam sistem AS , pada ketinggian
yang lebih tinggi , lebih dari 90 % dari wilayah udara AS ditutupi oleh radar
dan sering dengan beberapa sistem radar, namun cakupan mungkin tidak konsisten
di dataran rendah digunakan oleh pesawat tanpa tekanan karena medan tinggi atau
jarak dari fasilitas radar. Sebuah pusat mungkin memerlukan berbagai sistem
radar untuk menutup wilayah udara yang ditugaskan kepada mereka, dan mungkin
juga bergantung pada laporan posisi percontohan dari pesawat terbang di bawah
lantai jangkauan radar . Hal ini menghasilkan sejumlah besar data yang tersedia
untuk controller. Untuk mengatasi ini, sistem otomatisasi telah dirancang
dengan mengkonsolidasikan data radar untuk controller. Konsolidasi ini termasuk
menghilangkan pengembalian duplikat radar, memastikan radar terbaik untuk
setiap wilayah geografis adalah menyediakan data, dan menampilkan data dalam
format yang efektif.
Pusat juga melakukan pengendalian terhadap lalu lintas yang melalui wilayah
laut dunia. Daerah ini juga FIR Karena tidak ada sistem radar yang tersedia
untuk pengendalian laut, pengendali kelautan menyediakan layanan ATC
menggunakan kontrol prosedural. Prosedur ini menggunakan laporan pesawat
posisi, waktu, ketinggian, jarak, dan kecepatan untuk memastikan pemisahan.
Controller catat informasi strip kemajuan penerbangan dan khusus dikembangkan
sistem komputer samudera sebagai posisi laporan pesawat. Proses ini
mensyaratkan bahwa pesawat dipisahkan oleh jarak yang lebih besar, yang
mengurangi kapasitas keseluruhan untuk setiap rute yang diberikan. Lihat
misalnya sistem Jalur Atlantik Utara.
Beberapa Navigasi Udara Service Provider ( misalnya Airservices Australia,
The Federal Aviation Administration, NAV CANADA, dll ) telah menerapkan
Automatic Dependent Surveillance - Broadcast ( ADS - B ) sebagai bagian dari
kemampuan pengawasan mereka. Teknologi baru ini membalikkan konsep radar.
Alih-alih radar menemukan target oleh
menginterogasi transponder, pesawat ADS dilengkapi mengirimkan laporan posisi
sebagaimana ditentukan oleh peralatan navigasi di pesawat. Biasanya, ADS
beroperasi di kontrak mode dimana pesawat laporan posisi, secara
otomatis atau diprakarsai oleh pilot, berdasarkan interval waktu yang telah
ditentukan. Hal ini juga memungkinkan untuk kontroler untuk meminta laporan
lebih sering untuk lebih cepat membangun posisi pesawat untuk alasan tertentu.
Namun, karena biaya untuk setiap laporan dibebankan oleh penyedia layanan ADS
untuk perusahaan yang mengoperasikan pesawat, laporan lebih sering tidak umum
diminta kecuali dalam situasi darurat. ADS adalah penting karena dapat
digunakan di mana tidak mungkin untuk menemukan infrastruktur untuk sistem radar
(misalnya di atas air). Menampilkan
radar Komputerisasi sekarang sedang dirancang untuk menerima masukan ADS
sebagai bagian dari layar . Teknologi ini saat ini digunakan dalam
bagian-bagian dari Atlantik Utara dan Pasifik oleh berbagai negara yang berbagi
tanggung jawab untuk mengontrol wilayah udara ini.
Pendekatan presisi radar yang umum
digunakan oleh pengendali militer airforces dari beberapa negara, untuk
membantu pilot dalam tahap akhir mendarat di tempat-tempat Instrument Landing
System dan peralatan ditanggung udara canggih lainnya tidak tersedia untuk
membantu pilot dalam kondisi jarak pandang nol marjinal atau dekat. Prosedur
ini juga disebut Talkdowns.
Sistem Arsip Radar ( RAS ) siap
menjamin catatan elektronik dari semua informasi radar, melestarikan untuk
beberapa minggu . Informasi ini dapat berguna untuk pencarian dan penyelamatan.
Ketika pesawat telah 'menghilang' dari layar radar, controller dapat meninjau
kembali radar terakhir dari pesawat untuk menentukan posisinya kemungkinan. Sebagai
contoh, lihat laporan kecelakaan [ 4 ] RAS juga berguna untuk teknisi yang
menjaga sistem radar.
H. Contoh Aplikasi Air Traffic pada Penerbangan
Berikut disampaikan proses (contoh) penerbangan pesawat dari
Jakarta-Surabaya. Penerbang akan selalu
mengisi FPL (Flight Plan) dengan data-data sesuai formulir yang telah
disediakan. Namun untuk penerbangan yang berjadwal operator penerbangan akan
menyampaikan RPL (Repetitive Fight Plan) ke Unit BO (Briefing Office) dan Unit
FDO (Flight Plan Data Operator) untuk kemudian dimasukkan ke dalam sistim
otomasi.
1) Awal mula penerbang akan selalu meminta ATC Clearance sebelum menghidupkan
mesin dan bersiap meninggalkan lokasi parkir. (CDL)
2) Setelah lengkap menjawab ATC
Clearance 10 menit kemudian penerbang akan meminta untuk menghidupkan mesin
pesawat dan mundur dari lokasi parkir.
3) Masing-masing terminal keberangkatan mempunyai unit sendiri. Untuk terminal
A-B-C penerbang akan berkomunikasi dengan GS, sedangkan terminal D-E-F dengan
GN.
4) Setelah pesawat tuntas menghidupkan mesin dan pada posisi siap untuk
berjalan, maka penerbang akan minta ijin untuk taxi. Dipandulah pesawat
tersebut menuju titik dimana akan memulai take-off. Dalam bahasa kami holding
position.
5) Dipertengahan jalan pada posisi yang sudah clear dengan pesawat yang lain
penerbang akan diberi istruksi untuk berkomunikasi dengan unit TWR, karena
tanggung jawab TWR yang akan memberangkatkan peswat tsb.
6) Proses untuk keberangkatan ini akan tergantung dengan pesawat lain
yang akan mendarat ataupun pesawat yang berada di depannya. Sehingga
perhitungan dan pengalaman seorang ATC untuk memberangkatkan pesawat sangat
berperan.
7) Sesaat pesawat memulai mengudara, penerbang akan diminta berkomunikasi
dengan unit TE, setelah lepas ketinggian tertentu penerbang diminta
berkomunikasi dengan unit LE, demikian seterusnya hingga ke unit US.
8) Setiap sektor pemanduan LLU, ATC yang bertugas mempunyai tanggung jawab
memisahkan antar pesawat dengan separasi yang sesuai.
9) Unit US akan selalu berkoordinasi dengan Unit Makassar ACC akan keberadaan
pesawat yang dimaksud, sehingga pada suatu titik pesawat tsb akan dilimpahkan
status tanggung jawabnya ke wilayah udara Makassar.
10) Makassar ACC
akan memandu pesawat tersebut hingga memasuki wilayah udara Surabaya TMA, dan
seterusnya pada akhirnya penerbang akan berkomunikasi dengan Juanda TWR untuk
melaksanakan pendaratan. Dan melaju ke tempat parkir pesawat di apron.
Inti dari
paparan diatas adalah setiap pergerakan pesawat terbang akan selalu terpantau
oleh ATC, karena penerbang selalu berkomunikasi dengan unit-unit ATC, baik itu
dalam kondisi normal ataupun dalam kondisi abnormal.
Komentar
Posting Komentar