KARAKTERISTIK BANDAR UDARA DI INDINESIA


Bandar udara dibawah kementerian
Direktorat Jenderal Perhubungan Udara (bahasa InggrisDirectorate General of Civil Aviation (DGCA)) adalah unsur pelaksana sebagian tugas dan fungsi Kementerian Perhubungan Indonesia, yang berada di bawah dan bertanggung jawab kepada Menteri Perhubungan. Direktorat Jenderal Perhubungan Udara dipimpin oleh Direktur Jenderal[1]. Direktorat Jendral Perhubungan Udara mempunyai tugas merumuskan serta melaksanakan kebijakan dan standarisasi teknis di bidang perhubungan udara. Direktorat Jendral Perhubungan Udara menangani administrasi dan penataan penerbangan sipil dalam Negara Kesatuan Republik Indonesia
·         Sejarah
Penerbangan Indonesia dari masa ke masa
Tahun 1913: Penerbangan Pertama di Indonesia Pada tanggal 19 Februari 1913 seorang penerbang asal Belanda bernama J.W.E.R Hilger berhasil menerbangkan sebuah pesawat jenis Fokker dalam kegiatan pameran yang berlangsung di Surabaya. Penerbangan tersebut tercatat sebagai penerbangan pertama di Hindia Belanda (sekarang Indonesia) meskipun berakhir dengan terjadinya kecelakaan namun tidak menewaskan penerbangnya.
1924: Penerbangan pertama dari Belanda ke Jakarta
Dengan adanya prospek yang baik bagi penerbangan sipil maupun militer di Indonesia, maka pada tanggal 1 Oktober 1924 sebuah pesawat jenis Fokker F-7 milik maskapai penerbangan Belanda mencoba melakukan penerbangan dari Bandara Schiphol Amsterdam ke Batavia (sekarang Jakarta). Penerbangan yang penuh petualangan tersebut membutuhkan waktu selama 55 hari dengan berhenti di 19 kota untuk dapat sampai di Batavia dan berhasil mendarat di lapangan terbang Cililitan yang sekarang dikenal dengan Bandar Udara Halim Perdanakusuma.

1928: Rintisan Rute Penerbangan di Indonesia
Pada tanggal 1 November 1928 di Belanda telah berdiri sebuah perusahaan patungan KNILM (Koninklijke Nederlandsch Indische Luchtvaart Maatschappij) yang terbentuk atas kerjasama Deli Maatschappij, Nederlandsch Handel Maatschappij, KLM, Pemerintah Hindia Belanda dan perusahaan-perusahaan dagang lainnya yang mempunyai kepentingan di Indonesia. Dengan mengoperasikan pesawat jenis Fokker-F7/3B, KNILM membuka rute penerbangan tetap Batavia-Bandung sekali seminggu dan selanjutnya membuka rute Batavia-Surabaya dengan transit di Semarang sekali setiap hari. Setelah perusahaan ini mampu mengoperasikan pesawat udara yang lebih besar seperti Fokker-F 12 dan DC-3 Dakota, rute penerbangan pun bertambah yaitu Batavia-Palembang-Pekanbaru-Medan bahkan sampai ke Singapura seminggu sekali.
1929: Awal mula penerbangan berjadwal di Indonesia
Dengan suksesnya penerbangan pertama Belanda ke Jakarta, masih diperlukan lima tahun lagi untuk dapat memulai penerbangan berjadwal. Penerbangan tersebut dilakukan oleh perusahaan penerbangan KLM (Koninklijke Luchtvaart Maatschappij) menggunakan pesawat Fokker F-78 bermesin tiga yang dipakai untuk mengangkut kantong surat. Kemudian pada tahun 1931 jenis pesawat yang dipakai diganti dengan jenis Fokker-12 dan Fokker-18 yang dilengkapi dengan kursi agar dapat mengangkut penumpang.
 1949: Asal nama Garuda Indonesia Airways
Pada tanggal 25 Desember 1949, Dr. Konijnenburg, mewakili KLM menghadap dan melapor kepada Presiden Soekarno di Yogyakarta bahwa KLM Interinsulair Bedrijf akan diserahkan kepada pemerintah sesuai dengan hasil Konferensi Meja Bundar (KMB) dan meminta presiden memberi nama bagi perusahaan tersebut karena pesawat yang akan membawanya dari Yogyakarta ke Jakarta nanti akan dicat sesuai nama itu.
Menanggapi hal tersebut, Presiden Soekarno menjawab dengan mengutip satu baris dari sebuah sajak bahasa Belanda gubahan pujangga terkenal, Raden Mas Noto Soeroto pada zaman kolonial, "Ik ben Garuda, Vishnoe's vogel, die zijn vleugels uitslaat hoog boven uw eilanden" ("Aku adalah Garuda, burung milik Wisnu yang membentangkan sayapnya menjulang tinggi diatas kepulauanmu"). Pada tanggal 28 Desember 1949, terjadi penerbangan bersejarah pesawat DC-3 dengan registrasi PK-DPD milik KLM Interinsulair yang membawa Presiden Soekarno dari Yogyakarta ke Kemayoran, Jakarta untuk pelantikan sebagai Presiden Republik Indonesia Serikat (RIS) dengan logo dan nama baru, Garuda Indonesia Airways, pemberian Presiden Soekarno kepada perusahaan penerbangan pertama ini.
Tahun 1952: Pembentukan Djawatan Penerbangan Sipil
Pada tahun 1952 pemerintah membentuk “Djawatan Penerbangan Sipil” yang saat itu bertanggungjawab kepada Kementerian Perhubungan Udara, tugas dan tanggung jawabnya adalah menangani administrasi pemerintahan, pengusahaan dan pembangunan bidang perhubungan udara, Djawatan Penerbangan Sipil ini merupakan cikal bakal Direktorat Jenderal Perhubungan Udara saat ini.
Tahun 1963: Direktorat Penerbangan Sipil
Pada tahun 1963 Djawatan Penerbangan sipil diubah nama menjadi Direktorat Penerbangan Sipil seiring dengan perkembangan dunia usaha penerbangan.
Tahun 1969: Direktorat Jenderal Perhubungan Udara
Untuk mendorong perkembangan dunia usaha penerbangan yang semakin baik pada pemerintahan Orde Baru telah membentuk Direktorat Jenderal Perhubungan Udara pada tahun 1969 guna menyesuaikan kebutuhan dan pemanfaatannya sebagai pengganti dan penyempurnaan Direktorat Penerbangan Sipil dengan struktur organisasi terdiri dari Sekretariat Direktorat Jenderal, Direktorat Angkutan Udara Sipil, Direktorat Keselamatan Penerbangan dan Direktorat Fasilitas Penerbangan.
Pada tahun 1974 struktur organisasi Direktorat Jenderal Perhubungan Udara disempurnakan menjadi Sekretariat Direktorat Jenderal, Direktorat Lalu Lintas dan Angkutan Udara, Direktorat Keselamatan Penerbangan, Direktorat Pelabuhan Udara dan Direktorat Telekomunikasi Navigasi Udara & Listrik.
Penerbangan Indonesia terus berkembang bukan hanya bidang lalu lintas dan angkutan udara saja namun sudah mulai dengan perkembangan industri pembuatan pesawat terbang sehingga diantisipasi dengan pembentukan direktorat khusus yang menangani kelaikan udara berstandar internasional, pemerintah mengeluarkan KM 58 Tahun 1991 mengenai penyesuaian struktur organisasi Direktorat Jenderal Perhubungan Udara, strukturnya terdiri dari Sekretariat Direktorat Jenderal, Direktorat Angkutan Udara, Direktorat Keselamatan Penerbangan, Direktorat Teknik Bandar Udara, Direktorat Fasilitas Elektronika dan Listrik dan Direktorat Sertifikasi Kelaikan Udara.

1978: Sentra Operasi Keselamatan Penerbangan (SENOPEN)

Berdasarkan Keputusan Menteri Perhubungan nomor KM 50/OT/Phb-78, tentang Susunan organisasi dan tata kerja pelabuhan udara dan Sentra Operasi Keselamatan Penerbangan (SENOPEN), terbentuk kantor SENOPEN di MedanPekanbaruPalembangSurabayaDenpasarMakassar dan Biak. Fungsi unit kerja kantor SENOPEN adalah pemberian pelayanan navigasi penerbangan.

Struktur Organisasi
Kementerian Perhubungan Indonesia

o    Sekretariat Direktorat Jendral Perhubungan Udara

§  Direktorat Angkutan Udara

§  Direktorat Bandar Udara

§  Direktorat Keamanan Penerbangan

§  Direktorat Navigasi Penerbangan

§  Direktorat Kelaikan dan Pengoperasian Pesawat Udara

§  Otoritas Bandar Udara

§  Balai-Balai

§  Unit Pelaksana Teknis

1.    Bandar udara Adi Sumarmo



 
IATA / ICAO : ABU / WATA
Kategori    : Internasional Airport, Embarkasi Haji
Kelas         : Kelas II A
Pengelola   : PT. Angkasa Pura I
Alamat      : Jl. Bandara Adisumarmo – Surakarta, PO. Box 800, Solo, 57108. Kec       Ngemplak. Kab Boyolali. 

                 
                Bandara Adi Sumarmo terletak di kota Solo, Jawa Tengah, yang mempunyai luas sekitar 56 hektar. Nama bandara ini diambil dari nama perintis TNI AU, Adi Soemarmo, yang gugur pada tahun 1947.

Bandara ini dulu bernama Pangkalan Udara (Lanud) Panasan, karena terletak di kawasan Panasan. Bandara ini dulu bernama Pangkalan Udara (Lanud) Panasan yang dibangun pertama kali pada tahun 1940 oleh Pemerintah Belanda sebagai lapangan terbang darurat.
Ketika bala tentara Jepang masuk ke Indonesia bandara tersebut sempat dihancurkan oleh Belanda namun dibangun lagi oleh Pemerintah Jepang sejak pada tahun 1942 sebagai basis militer penerbangan angkatan laut (Kaigun Bokusha).
Setelah Proklamasi Kemerdekaan Republik Indonesia penyelenggaraan bandara dilaksanakan oleh “Penerbangan Surakarta” yang diresmikan pada tanggal 6 Februari 1946.
Pada tanggal 1 Mei 1946, Penerbangan Surakarta sejak berubah menjadi “Pangkalan Udara Panasan” yang hanya diperuntukkan penerbangan militer.
Pangkalan udara tersebut pertama kali digunakan secara resmi untuk penerbangan komersial pada tanggal 23 April 1974 yang dilayani oleh Garuda Indonesia dengan rute Jakarta-Kemayoran-Solo & Solo-Jakarta-Kemayoran dengan frekuensi 3-kali seminggu.
Pada tanggal 25 Juli 1977, “Pangkalan Udara Panasan” berubah nama menjadi “Pangkalan Udara Utama Adi Sumarmo” yang diambil dari nama Adisumarmo Wiryokusumo (adik dari Agustinus Adisucipto).
Pada tanggal 31 Maret 1989, Bandara ini ditetapkan menjadi Bandara Internasional dengan melayani penerbangan rute Solo-Kuala Lumpur & Solo-Singapore.
Pada tanggal 1 Januari 1992, Bandara Adi Sumarmo dikelola oleh Perusahaan Umum Angkasa Pura I yang pada tanggal 1 Januari 1993 berubah status menjadi Persero Terbatas Angkasa Pura I sampai dengan sekarang.
Data bandara
·         Jarak dari Surakarta: 14 kilometer
·         Koordinat: 07°30´58"S, 110°45´25"E
·         Ketinggian: 12m8 meter
·         Jumlah terminal: 3 Terminal penumpang, 2 terminal kargo, 11 tempat parkir pesawat
Data Lapangan
·         Runway 1: Heading 08R/26L, 4,000 m (13.123 ft), 68/F/C/X/T, ILS, Lighting: PAPI
·         Fire Category VIII, Rescue and fire fighting
·         Navigational Aids: VOR-DME, NDB
·         Airfield Restrictions: Wide body ACFT 180 turn at the end of Runway
·         Runway 2: Heading 08L/26R, 3,000 m (9,843 ft), 68/F/C/X/T, ILS, Lighting: PAPI
·         Fire Category XIII, Rescue and fire fighting
·         Navigational Aids: VOR-DME, NDB
·         Airfield Restrictions: Wide body ACFT 180 turn at the end of Runway
Transportasi
·         Bus
Bus
Tujuan
Tarif
Damri
Terminal Tirtonadi
Rp20.000,00
Koridor 1 (Bandara - Palur)
Rp20.000,00
·         Taksi Bandara
·         Kereta Bandara





·         IATA: SOC
 
·         ICAO: WAHQ
 
·         WMO: 96845
Informasi
Jenis
Publik / Militer
Pemilik
Pengelola
Melayani
Kota Surakarta dan sekitarnya (kabupaten SukoharjoKaranganyarSragenWonogiri)
Lokasi
·         Lion Air
Ketinggian dpl
419 kaki / 128 m
Situs web

Panjang
Permukaan
kaki
m
08/26
8.530
2.600
Statistik (2017)
Penumpang
3,225,335
Pergerakan Pesawat
23,977
Kargo
5,566,433




22 . A.A Bere Tallo/ Atambua



IATA / ICAO : ABU / WATA

Kategori      : Domestik Airport

Kelas           : Kelas III

Pengelola    : Unit Penyelenggara Bandar Udara

Alamat         : Jl. Adi Sucipto, Haliwen Atambua , Kel. Manumutin, Kec. Atambua Kota,                                Kab. Belu, Nusa Tenggara Timur (NTT), 85712

Bandar Udara A. A. Bere Tallo Atambua sudah ada sejak jaman kolonialisme Jepang, yaitu sekitar tahun 1940-an. Namun Bandara tersebut masih berlandas rumput dengan ukurannya 800×23 meter. Pada tahun 1972 diperbaiki  panjangnya menjadi 900×23 meter dengan perkerasan batu.

Tahun 1974 landing pertama  pesawat Merpati dan 1979 diikuti dengan pendaratan pesawat dari maskapai DAS dan MAF. Perkembangannya dari tahun ke tahun bandara udara ini terus dibenahi hingga saat ini panjangnya  mencapai 1200×30 meter
Landasan Bandar udara A. A. Bere Tallo mulai tahun 2011 diperpanjang 200 meter dari kondisi sebelumnya 1200×30 meter  menjadi 1400×30 meter. Dan tahun 2012 ditambah lagi 200 meter dari 1400×30 meter menjadi 1.600 meter, dengan total dana sebesar Rp 8.5 miliar, bersumber dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) 2011/2012. Lebar  landasan bandar udara A.A.Bere Tallo tetap 30 meter, meskipun idealnya telah mencapai panjang 1.400 meter atau 1.600 meter, maka lebarnya seharusnya 45 meter.
Pesawat yang beroperasi di Bandar Udara A.A.Bere Tallo adalah Merpati jenis KS.212 berkapasitas 20 seat (sudah tidak aktif lagi), Susi Air berkapasitas 12 seat, dan Wings Air. Pemerintah daerah mengharapkan kedepan bisa dapat melayani pesawat besar dengan kapasitas 60 seat ke atas. Jadwal penerbangan bandara ini yaknu Wings Air 2 kali sehari tujuan Kupang pada pukul 10:00 dan 12:00 WITA dengan tarif yang bersahabat, yakni Rp300.000 per penerbangan.
Bandar A.A.Bere Tallo pun  kini telah dilengkapi dengan fasilitas kecanggihan komputer peralatan navigasi untuk dapat mencatat dan merekam setiap penerbangan pesawat  dari Kupang - Atambua dan sebaliknya. Adapun lampu landasan di areal Bandar Udara A.A.Bere Tallo. Bandar Udara A.A.Bere Tallo meski kelihatannya kecil tetapi indah dan cantik. Misinya, yakni menciptakan pelayanan publik serta utamakan keselamatan dan tidak boleh ada kecelakaan penerbangan
Bandar Udara A. A. Bere Tallo
Bandar Udara Haliwen

Gerbang Utama Bandar Udara A. A. Bere Tallo
·         IATA: ABU
·         ICAO: WATA
Informasi
Jenis
sipil
Pemilik/Pengelola
Melayani
Lokasi
Dibuka
Ketinggian dpl
1,043.29 kaki / 318 m
3.     Bandar Udara Abdul Rachman Saleh 

IATA / ICAO : ABU / WATA
Kategori      : Domestik Airport
Kelas           : Kelas III
Pengelola    : Unit Penyelenggara Bandar Udara
Alamat         : Jl. Adi Sucipto, Haliwen Atambua , Kel. Manumutin, Kec. Atambua Kota,                                Kab. Belu, Nusa Tenggara Timur (NTT), 85712

Bandar Udara Abdul Rachman Saleh (IATAMLGICAOWARA, sebelumnya WIAS) adalah bandar udara yang terletak di PakisKabupaten MalangJawa Timur, atau 17 km arah timur dari pusat Kota Malang. Bandara Abdulrahman Saleh merupakan tempat pesawat Hercules C-130 dan Super Tucano sebagai pengganti OV-10 Bronco yang telah di musiumkan. Selain itu Wing 2 Korps Pasukan Khas juga bermarkas di sini.
Bandara Abdulrahman Saleh memiliki dua landasan pacu yang pertama untuk pesawat-pesawat kecil seperti Hercules C-130 dengan panjang 1.500 m, dan yang kedua untuk jenis pesawat besar seperti Boeing 737 dengan panjang 2.300 m. Pemerintah provinsi Jawa Timur melalui Dishub dan LLAJ mengusulkan kepada Kementerian Perhubungan agar menambah panjang landasan pacu 700 meter lagi. “Dengan penambahan itu nantinya panjang landasan pacu di Bandara Abd. Saleh Malang menjadi 3.000 meter dan juga dobel landasan pacunya.” Dengan demikian, Bandara Abdulrachman Saleh sangat berpotensi menjadi Bandara Internasional, sehingga pihak Kepala Dinas Perhubungan dan LLAJ Pemprov Jatim mengusulkan Kemenhub agar menambah panjang landasan pacu.[3]
Nama bandara ini diambil dari salah satu pahlawan nasional Indonesia: Abdulrahman Saleh, dan sebelum bernama Bandara Abdulrahman Saleh, bandara ini bernama Lapangan Terbang Bugis.
·         Sejarah
Pangkalan udara (Lanud) Bugis yang kini dikenal dengan nama Lanud Abdulrachman Saleh dibangun oleh pemerintahan Belanda pada era 1937-1940 bersamaan dengan pembangunan pangkalan-pangkalan udara lain seperti Lanud Maospati (kini Pangkalan Udara Iswahyudi) di Madiun, Lanud Panasan (Bandar Udara Internasional Adi Sumarmo) di Solo, dan Lanud Maguwo (Bandar Udara Internasional Adisutjipto) di Jogjakarta. Lanud Abdulrachman Saleh berada di lembah Bromo dan dikelilingi oleh beberapa gunung yaitu Gunung Semeru (3.676m) di sebelah timur, Gunung Arjuno (3.339m) di sebelah utara, dan Gunung Kawi (2.551m) dan Gunung Panderman (2.045m) di sebelah barat. Pangkalan Udara Abdulrachman saleh terletak di Kecamatan Pakis Kabupaten Malang, atau 17 kilometer sebelah timur dari pusat Kota Malang, secara letak astronomis berada pada posisi 07.55 LS dan 112.42 BT.
Posisi Pangkalan Udara Abdulrahman Saleh begitu aman karena dikelilingi oleh benteng alam dan berada di kaki gunung, ini menyebabkan Pangkalan Udara Abdulrachman Saleh tidak tampak begitu jelas di udara sehingga jika ada pesawat musuh melewati jalur udara di atasnya Pangkalan Udara ini akan tertutup oleh kabut. Ini merupakan posisi yang sangat strategis untuk pertahanan militer tersebut yang juga dijadikan alasan Belanda memilih Kecamatan PakisKabupaten Malang untuk menjadi salah satu daerah pertahanan udaranya. Pemerintah Belanda pada waktu itu sengaja membuat landasan pacu cukup panjang, sehingga dapat dipergunakan untuk landing dan take off pesawat–pesawat berjenis lebar seperti pesawat bomberGlynmartinFokker, dan Jagers.
Pada 17 Agustus 1952, atas pengorbanan dan jasa-jasa Prof. Dr. Abdulrachman Saleh dalam usahanya mengembangkan AURI dan memperjuangkan bangsa Indonesia, Kepala Staf Angkatan Udara yang menjabat saat itu yaitu Komodor Udara Soerjadi Soerjadarma dengan dikeluarkannya surat Penetapan Kepala Staf Angkatan Udara Nomor 76/48/Pon.2/KS/52 yang berisi perubahan nama-nama Pangkalan Udara tipe A salah satunya adalah perubahan Pangkalan Udara Bugis menjadi Pangkalan Udara Abdulrachman Saleh.
Setelah enam tahun sejak 25 Mei 2005 menggunakan terminal di dalam base ops Lanud Abdul Rachman Saleh, pada tanggal 30 Desember 2011 penerbangan sipil di Abdul Rachman Saleh menggunakan bandar udara yang terpisah dari base ops Lanud Abdulrahman Saleh. Bandar udara ini dibangun dengan biaya mencapai Rp 139 miliar. Seperti diketahui, penerbangan sipil di bandara ini mulai dibuka sejak 1 April 1994 oleh Merpati Nusantara Airlines dengan menggunakan pesawat Fokker F28. Karena sering mengalami keterlambatan (tidak sesuai jadwal) mulai kurun waktu tahun 1996-1997 mengalami penurunan load factor sampai 14,54 %. Pada tanggal 16 Juni 1997, PT Merpati Nusantara Airlines secara resmi menghentikan kegiatan penerbangannya.
·           Maskapai Penerbangan
Untuk penerbangan sipil melayani rute Malang-Jakarta dilayani oleh maskapai Sriwijaya AirGaruda IndonesiaBatik Air, dan Citilink Indonesia .[5] Sedangkan untuk rute Malang-Denpasar dilayani oleh Wings Air, anak perusahaan dari Lion Air menggunakan pesawat Avions de Trasnport Regional, yaitu ATR 72 seri 500.[6] Selain itu rute Malang-Balikpapan yang dilayani oleh Kal Star Aviation. Sebelumnya Bandara Abdulrahman Saleh pada tahun 2007 sampai dengan 2008 pernah melayani tiga rute penerbangan sekaligus yaitu Malang-JakartaMalang-Balikpapan-TarakanMalang-MakassarMalang-BandungMalang-BanyuwangiMalang-YogyakartaMalang-Lombok dan Malang-Denpasar. “Bandara Abd. Saleh merupakan bandara yang unik karena merupakan satu-satunya bandara yang dikelola pemprov setempat, sedangkan bandara lainnya dikelola PT Angkasa Pura.
Maskapai
Tujuan
·         Usulan agar menjadi Bandar Udara Internasional
Wali kota MalangMochamad Anton mengusulkan kepada Presiden Joko Widodo pada 24 Mei 2017, ketika Presiden berkunjung ke Kota Malang, agar Bandara Abdul Rachman Saleh dinaikkan statusnya menjadi bandara internasional.[8] Hal ini dikarenakan menurut sang wali kota, daerah Malang memiliki bayak objek wisata menarik, terutama yang menjadi tren, yaitu Gunung Bromo dan Gunung Semeru.[8] Hal ini disambut baik oleh Jokowi sehingga ia berjanji akan memerintahkan Kementerian Perhubungan (Kemhub) untuk berkomunikasi dengan TNI AU.[9]
Impian ini sukar dicapai. Hal ini dikarenakan bagi pihak TNI AU, Bandara Abdul Rachman Saleh sulit sekali menjadi bandara internasional.[10] Secara rinci ketidakmungkinan ini dikarenakan oleh dikelilinginya bandara oleh berbagai gunung berapi dan letak bandara yang terletak pada kompleks vital TNI AU.[10] Oleh karena itu, wacana pembangunan Bandar Udara Internasional Purboyo di Desa SrigoncoKecamatan Bantur yang terletak di bagian selatan Malang.[11] Usulan ini telah disetujui oleh Kemhub,[12] namun pada akhirnya, bandara ini batal dibangun.
·         Transportasi Darat
Taxi
Taksi di Bandara Abdul Rachman Saleh hanya memiliki satu operator, yaitu Taksi Garuda yang merupakan salah satu komponen daei Koperasi TNI AU. Armada taksi ini hanyalah mobil berjenis sedan. Taksi ini tidak menggunakan argo sama sekali, melainkan menggunakan sistem ongkos per daerah
Angkutan Kota ( Angkot)
Karena merupakan bagian dari kompleks TNI AU, Bandara Abdul Rachman Saleh tidak memiliki angkot yang melintas pas di depannya sama sekali.[14] Untuk mendapatkannya, calon penumpang harus berjalan keluar area bandara yang jaraknya 1 sampai 2 kilometer.[14] Jika ingin berjalan kaki, perjalanan keluar area ini akan memakan waktu selama 15 menit.[14] Setelah keluar kompleks, jika ingin menuju Kota Malang, calon penumpang harus mencari angkot jurusan LA.[15] Nanti, penumpang akan tiba di Terminal Arjosari yang sudah merupakan bagian dari Kota Malang
Bandar Udara Abdul Rachman Saleh
Abdul Rachman Saleh Airport

·         IATA: MLG
·         ICAO: WARA
Informasi
Jenis
Publik / Militer
Pemilik
Melayani
Lokasi
Ketinggian dpl
1.726 kaki / 526 m
Situs web

Panjang
Permukaan
m
kaki
17R/35L
2.500
8.202
17L/35R
1.800
5.905
Source: DAFIF[1][2]

4. Bandar udara APT Pranoto

Bandar Udara Internasional Aji Pangeran Tumenggung Pranoto (IATASRIICAOWALS), adalah sebuah bandar udara di Kota SamarindaKalimantan Timur. Bandara yang berlokasi di kawasan Sungai Siring ini beroperasi pada 24 Mei 2018 dan diresmikan oleh Gubernur Kaltim Awang Faroek Ishak[1] menggantikan bandara sebelumnya, yakni Bandar Udara Temindung yang sudah tidak dapat dikembangkan.[2] Nama bandara ini diambil dari Gubernur Kalimantan Timur yang pertama, APT Pranoto.
Meskipun belum ada bukti dan pengakuan tertulis bahwa bandara ini internasional, namun secara lisan sudah ada kesepakatan antara Gubernur Kaltim Awang Faroek Ishak dengan Kementerian Perhubungan tentang status bandara ini sebagai bandara internasional.
Bandara APT Pranoto sendiri memiliki luas area 13 hektare, terdiri dari sarana berupa gedung administrasi, runway 2.250 kali 45 meter, apron, taxiway 173 kali 23 meter, hanggar luas 36.342,4 meter persegi, gedung ATC serta perumahan karyawan bandara.
Bandar Udara Aji Pangeran Tumenggung Pranoto Samarinda atau Bandara APT. Pranoto, direncanakan untuk menggantikan Bandara Temindung Samarinda yang sudah tidak bisa dikembangkan lagi dengan panjang runway 1040x23 dan ditengah pemukiman warga dan sering tergenang banjir ketika hujan deras melanda. Selain itu Bandara Temindung berada dilokasi padat penduduk sehingga rawan akan bahaya kemanan dan keselamatan penerbangan. Oleh karenanya diperlukan bandara pengganti yang lebih memenuhi standar keamanan dan keselamatan untuk melayani kebutuhan transportasi udara masyarakat samarinda dan sekitarnya pada khususnya dan Kalimantan timur pada umumnya. Selain itu juga diharapkan dengan dibangunnya Bandara APT. Pranoto Samarinda ini akan mempercepat perkembangan dan konsep pemerataan ekonomi di wilayah Kalimantan Timur dengan konsep multiply airport.
Bandara APT. Pranoto Samarinda merupakan Bandar udara yang direncanakan melayani angkutan udara niaga dan non niaga, berjadwal dan tak berjadwal dengan rute penerbangan dalam negeri dan luar negeri. Tipe pesawat yang dilayani terkritis adalah Boeing 737-900ER. Namun untuk tahap awal dioperasikan untuk ATR 72/500 dan sejenisnya. Dengan letak geografis yang memiliki daerah cakupan yang luas yaitu samarinda, tenggarong, bontang, sangata dan kutai kartanegara.
·         Sejarah
Pada tahun 1987, survei untuk mencari lokasi bandara pengganti Temindung mulai dilakukan. Ada empat pilihan lokasi, yakni MakromanLoa BakungPulau Atas, dan Sungai Siring. Pemprov Kaltim yang kala itu dipimpin Gubernur Muhammad Ardans akhirnya menjatuhkan pilihan pada Sungai Siring. Sejumlah persiapan pun mulai dilakukan, mulai dari melengkapi perizinan sampai mengurus pematangan lahan.[5] Pemprov Kaltim bersama Pemerintah Kota Samarinda pada tahun 1992 menyiapkan 300 hektare lahan di Sungai Siring.[6] Pada tahun anggaran 1995/1996 Pemprov Kaltim mengalokasikan dana senilai Rp1,5 miliar untuk pembebasan lahan seluas 300 hektare. Kemudian pada 1996 dilakukan studi analisis mengenai dampak lingkungan (Amdal), RKL, dan RPL. Dilanjutkan dengan pembuatan rencana induk Bandara Sungai Siring oleh Ditjen Perhubungan Udara.
Proyek ini sempat tersendat akibat sengketa antara Pemkot Samarinda dan kontraktor bandara waktu itu, PT NCR. Kemudian proyek bandara diambil alih oleh Pemprov Kaltim.
Kementerian Perhubungan (Kemenhub) secara resmi menerbitkan Sertifikat Bandar Udara (SBU) pada 15 Mei 2018. SBU nomor 145/SBU-DBU/V/2018 itu ditandatangani langsung oleh Direktur Jenderal Perhubungan Udara Kemenhub Agus Santoso. Dengan ditandatanganinya SBU itu, maka Bandara APT Pranoto resmi dapat melayani penerbangan publik secara domestik. Meskipun sementara Bandara APT Pranoto masih melayani penerbangan layaknya pelayanan penerbangan Bandara Temindung.
Pada 25 Oktober 2018, Bandara APT Pranoto diresmikan oleh Presiden Indonesia Joko Widodo[12] bersama dengan Bandara Maratua di Kabupaten Berau.
Maskapai
Maskapai penerbangan yang akan melayani menurut tujuannya (berserta cargo) disusun sebagai berikut:
Maskapai
Tujuan
Transpor Darat
Bus
Bus DAMRI terkoneksSamarinda ke bandara.
Bandar Udara Internasional Aji Pangeran Tumenggung Pranoto
Aji Pangeran Tumenggung Pranoto International Airport
·         IATA: SRI
·         ICAO: WALS
·         WMO: 96607
Informasi
Jenis
Publik
Pemilik
Pengelola
Melayani
Lokasi
Dibuka
24 Mei 2018
Ketinggian dpl
82 kaki / 25 m
Situs web



5.    Bandara Amahai

Kementerian Perhubungan (Kemenhub) saat ini tengah mengembangkan Bandara Amahai di Kota Masohi, Maluku Tengah, guna meningkatkan potensi ekonomi dan wisata di wilayah tersebut.
Sekertaris Jenderal Perhubungan Udara Kemenhub Isnis Istiartono mengatakan, Direktorat Jenderal (Ditjen) Perhubungan Udara memberi perhatian khusus dalam membangun dan mengembangkan bandara di wilayah Indonesia bagian timur. Ini lantaran kawasan tersebut memiliki potensi ekonomi dan wisata yang cukup menarik dan perlu dikembangkan.
"Ditjen Hubud menilai perlu memberikan perhatian khusus dalam membangun dan mengembangkan bandara di wilayah Indonesia bagian timur. Kami juga mengharapkan dengan kehadiran bandara, selain untuk mempermudah pergerakan masyarakat setempat juga mampu mengangkat ekonomi dan potensi pariwisata daerah setempat dan sekitarnya," tuturnya dalam pernyataan tertulis, Sabtu (21/9/2019).
Berdasarkan informasi yang diberikan Kemenhub, wilayah Maluku Tengah memiliki potensi ekonomi dan pariwisata yang cukup menarik. Salah satunya Pantai Kuako, Bukit Kirai, dan beberapa spot menyelam yang menyediakan pemandangan eksotik berupa biota laut dan terumbu karang.
Selain itu, Maluku Tengah juga mengunggulkan sektor kelautan dan perikanan dalam potensi ekonomi, yakni investasi dari pengembangan dan pengolahan hasil perikanan dan budidaya mutiara.
Kapasitas Bandara Amahai
Adapun Bandar Udara Amahai saat ini memiliki gedung terminal seluas 290 m2 dengan luas apron 70 m x 45 m, runway sepanjang 1.050 m x 23 m serta taxiway 75 x 15 m, sehingga dapat dilayani pesawat sejenis ATR- 42 dengan kapasitas terbatas.
Saat ini maskapai Susi Air telah beroperasi melayani penerbangan perintis di bandara tersebut dengan rute Ambon-Banda-Amahai Pulang-Pergi (PP) satu kali sepekan.
Sementara itu, Kepala Kantor Unit Penyelenggara Bandar Udara (UPBU) Amahai, Akhmad Romi, mengharapkan bahwa Bandar Udara yang dikelolanya dapat melayani penerbangan komersil.
"Bandar Udara Amahai menargetkan untuk dapat melayani penerbangan komersil, yang saat ini baru melayani penerbangan perintis berjadwal, pengembangan bandara akan terus dilakukan secara bertahap sesuai dengan masterplan," ujar dia.
Rencana pengembangan di Bandar Udara Amahai meliputi gedung terminal penumpang menjadi 1080 m2, runway menjadi 1.200 m x 30 m. "Pengembangan bandara secara bertahap ini merupakan upaya untuk memberikan pelayanan terbaik kepada masyarakat," pungkas Romi.
IATA/ICAO :
AHI / WAPA
Nama Bandara :
Amahai Pulau Seram
Data Umum Bandara :
Nama Bandara
:
AMAHAI
Kode IATA / ICAO
:
AHI / WAPA
Alamat
:

Telepon
:

Fax
:

Kabupaten / Kota - Propinsi
:
Pulau Seram / Masohi - Maluku
Kelas
:
Satker
Koordinat
:
03° 20' 82'' N128° 58' 59'' E
Elevasi
:
30
Azimuth
:
13 – 31
PCN
:
5 FCZU
Dimensi Runway
:
750 m x 23 m
Dimensi Taxiway
:
75 m x 15 m
Dimensi Apron
:
60 m x 40 m
L=0.4%, T=0%
TORA
:

TODA
:

Luas Terminal Penumpang
:
100 m2
Pengelola
:
TNI AU, PEMDA
Jenis Pesawat
:
C-212
Fasilitas  Bantu Pendaratan


Visual
:

Instrument
:

Fasilitas Navigasi
:
NDB (Ident : AMFreq   ;)
Jenis Pelayanan Lalu Lintas Udara
:
Un - Attended & Back - Up
Kategori PK-PPK
:
2
Bandara Amahai
·         IATA: AHI
·         ICAO: WAPA
Informasi

Jenis
Sipil

Lokasi

UTC+9

{{{coordinates}}}


Panjang
Permukaan
kaki
m
13/31
8.900
2.713




Pemandu lalu lintas Udara

Pemandu Lalu Lintas Udara (bahasa InggrisAir Traffic Controller, ATCer) atau Pemandu Lalu Lintas Penerbangan adalah merupakan profesi/bidang pekerjaan yang umumnya berfungsi memberikan layanan pemanduan lalu lintas di udara, terutama terhadap lalu lintas penerbangan pesawat udara, seperti pesawat terbanghelikopter dan lainnya. Pesawat udara harus melalui jalu-jalur penerbangan (airways) yang telah ditentukan dan sama sekali tidak diperkenankan menyimpang dari airways [2][3] kecuali dengan izin (clearance) dari ATC[3], ada alat bantu navigasi di darat dan peralatan navigasi di pesawat yang dapat dijadikan panduan agar pesawat berada pada jalur yang benar [3], ATC mengawasinya antara lain dengan radio komunikasi antara pengawas penerbangan dengan pilot atau penerbang dan dibantu juga dengan menggunakan radar[3], agar proses navigasi pesawat dapat terbantu dari titik keberangkatan hingga tujuan, demikian pula keperluan pengamatan terhadap penerbangan. Peran Pemandu Lalu Lintas Udara merupakan komponen penting dalam pemberian pelayanan lalu lintas penerbangan, pencegahan agar pesawat udara tidak terlalu dekat satu dan lainnya, pencegahan terjadinya tabrakan antar pesawat udara, pencegahan terjadinya tabrakan antar pesawat udara dengan halangan dan rintangan yang ada di sekitarnya selama beroperasi. ATC atau yang disebut dengan Air Traffic Controller juga memiliki peran penting dalam efisiensi serta kelancaran arus lalu lintas penerbangan. ATC adalah rekan kerja terdekat pilot selama di udara, peran ATC sangat besar dalam mencapai tujuan keselamatan penerbangan. ATC membantu pilot dalam mengendalikan keadaan-keadaan darurat, memberikan informasi yang dibutuhkan pilot selama penerbangan seperti informasi cuaca, informasi navigasi penerbangan, dan informasi lalu lintas udara.
Air Traffic Controller adalah salah satu profesi termuda di dunia[4]. Seperti profesi modern lainnya, Air Traffic Controller telah berkembang dari kesederhanaan menuju kompleksitas & teknologi tinggi nan canggih [4]. Profesi ini tidak ditemukan (discovered) atau diciptakan (invented), tapi berevolusi secara bertahap, didorong oleh kebutuhan[4]. Meskipun saat ini peran Air Traffic Controller sangat dibutuhkan, masih banyak orang yang tidak mengenal profesi Air Traffic Controller[4]Air Traffic Controller adalah pekerjaan dengan keterampilan khusus yang memiliki risiko tinggi dan kecepatan pengambilan keputusan ditentukan detik perdetik (by seconds). Most controllers are proud to be an air traffic controller, dan mereka ingin meneriakkan hal itu kepada dunia jika bisa[4].
Semua aktivitas penerbangan di dalam ruang udara terkontrol / Controlled Airspace diharuskan memiliki komunikasi dua arah dengan unit-unit pemanduan lalu lintas penerbangan yang terkait, untuk mendapat otoritasi / clearance dari Air Traffic Controller, yang kemudian Air Traffic Controller akan memberikan informasi, instruksi, kepada pilot atau penerbang sehingga tercapai tujuan keselamatan penerbangan, semua komunikasi itu dilakukan dengan peralatan yang sesuai dan memenuhi standar yang berlaku pada masing-masing negara. Air Traffic Controller juga merupakan salah satu media strategis untuk menjaga kedaulatan suatu wilayah/suatu Negara
Tower Makassar Air Traffic Services Center
Pekerjaan
Nama
Jenis pekerjaan
Sektor aktivitas
Deskripsi
Kompetensi
·         Hukum Udara (bahasa InggrisAir Law); Petunjuk dan peraturan yang relevan dengan Pemandu lalu lintas udara
·         Peralatan pemanduan lalu lintas udara (bahasa InggrisAir Traffic Control Equipment); Prinsip dasar, penggunaan, dan keterbatasan peralatan yang dugunakan dalam pemanduan lalu lintas udara.
·         Pengetahuan Umum (bahasa InggrisGeneral Knowledge); Prinsip dasar penerbangan, prinsip dasar operasi dan fungsi pesawat udarapowerplants and systems; performa pesawat yang relevan dengan operasi pemanduan lalu lintas udara.
·         Kinerja Manusia (bahasa InggrisHuman Performance); Kinerja Manusia termasuk prinsip-prinsip dasar manajemen keadaan darurat dan manajemen risiko
·         Meteorologi (bahasa InggrisMeteorology); Meteorologi Penerbangan: penggunaan dan apresiasi terhadap dokumentasi dan informasi meteorologi; asal mula dan karateristik dari fenomena cuaca, yang mempengaruhi terhadap operasi dan keselamatan penerbanganaltimeter
·         Navigasi Penerbangan (bahasa InggrisAir Navigation); Prinsip dasar navigasi udara; kaidah, keterbatasan dan akurasi sistem navigasi dan peralatan visual
·         Prosedur Operasi (bahasa InggrisOperational procedures); Pemanduan lalu lintas udara, komunikasi penerbangan, radio telephony and prosedur phraseology (routinenon-routine dan keadaan darurat); metode dokumentasi penerbangan; budaya keselamatan yang terkait dengan penerbangan.
Pendidikan dibutuhkan
200 per tahun (Indonesia) [1]
Pekerjaan terkait
Tempat Bekerja ATC
Pada umumnya Air Traffic Controller melakukan aktivitas pekerjaannya di wilayah terbatas yang ada di suatu bandar udara. Mereka bekerja dibelakang layar radar, di ruang kendali lalu lintas udara dan diatas menara atau tower[6]. Menara ATC biasanya merupakan bangunan tertinggi di lingkungan bandara[6]. Menara ATC bandara besar biasanya beroperasi selama 24 jam. Semakin luas dan besar bandaranya dan semakin panjang landasannya menara ATC yang ada ada pada umumnya akan lebih tinggi[6].
Pemandu lalu lintas udara melaksanakan pekerjaannya pada ruang-ruang operasi atau Menara/Tower pemanduan lalu lintas udara sesuai dengan rating yang dimiliki. Yang melaksanakan pekerjaannya diatas Menara ATC pada umumnya adalah unit Aerodrome Control Tower, agar dapat melihat dengan jelas keadaan Movement AreaManoeuvring Area di bandar udara dan ruang udara disekitarnya.Aerodrome Control Tower adalah suatu unit Air Traffic Control yang dibentuk untuk memberikan pelayanan pengendalian lalu lintas penerbangan kepada lalu lintas penerbangan di lapangan terbang[7]. Unit Aerodrome Control Tower berfungsi memberikan Aerodrome Control Sevice, yang tanggungjawabnya adalah ruang udara Aerodrome Traffic Zone. Pengaturan hanya sebatas jarak pandang Air Traffic Controller di Tower.
Selain di TowerAir Traffic Controller juga ada yang melaksanakan pekerjaannya di ruang kendali lalu lintas udara. Pada umumnya ruangan itu juga masih berada di sekitar Tower. Setelah pesawat berhasil airborne dari suatu lapangan terbang dan akan/telah meninggalkan ruang udara Aerodrome Traffic Zone (ATZ), maka tanggungjawab pemberian pelayanan akan ditranser oleh unit Aerodrome Control Tower (TWR) kepada Approach Control Unit (APP) sampai dengan ketinggian tertentu sebelum ditransfer ke unit selanjutnya yang memberikan pelayanan pada ruang udara yang lebih tinggi lagi. Approach Control Unit (APP) adalah unit yang dibentuk untuk memberikan pelayanan pengendalian lalu lintas penerbangan kepada penerbangan dikendalikan yang datang ke atau berangkat dari satu atau lebih lapangan terbang[8]. Pelayanan yang diberikan oleh Approach Control Unit adalah Approach Control Unit (APP). Dibeberapa lokasi, ada juga unit Aerodrome Control Tower (TWR) yang tergabung menjadi satu kesatuan dengan Approach Control Unit (APP) dan melaksanakan pemanduan dari atas Menara / Tower.Approach Control Unit (APP) bertanggungjawab memberikan pelayanan pada dua jenis ruang udara, yaitu Terminal Control Area (TMA) dan Control Zone (CTR).
Sebelum pesawat yang dipandu akan meninggalkan ruang udara yang dilayani oleh Approach Control Unit (APP), transfer pemanduan akan disampaikan kepada unit selanjutnya yakni Area Control Center (ACC). Unit Area Control Center (ACC) pada umumnya beroperasi di dalam ruangan operasi yang telah dilengkapi oleh berbagai peralatan pelayanan lalu lintas penerbangan yang canggih. Air Traffic Controller yang bekerja pada unit Area Control Center (ACC) pada umumnya adalah yang telah memiliki kompetensi keilmuan dan pengalaman yang tinggi dalam bidang lalu lintas udara. Unit Area Control Center (ACC) bertangggungjawab dalam pemberian Area Control Service dan ruang udara yang menjadi wilayah tanggungjawabnya adalah Control Area (CTA) .


BANDAR UDARA ( SWASTA)
Kementerian Perhubungan (Kemenhub) menyatakan telah siap melepas pengelolaan 10 bandara kepada badan usaha pelat merah ataupun swasta. Bandara-bandara ini akan dilepaskan dengan skema Kerja Sama Pemerintah dan Badan Usaha (KPBU). Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi mengatajan bandara yang paling siap untuk dilepas saat ini adalah Tjilik Riwut di Palangkaraya, Kalimantan Tengah. “Bandara Tjilik Riwut tahun ini bisa (dilepas),” kata Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi ketika ditemui di Hotel Ritz Carlton, Jakarta,
Sembilan bandara lainnya adalah Radin Inten II di Lampung, HAS Hanandjoeddin di Bangka Belitung, F.L Tobing di Sibolga, dan Maimun Saleh di Sabang. Selanjutnya, Bandara Fatmawati di Bengkulu, Sentani di Jayapura, serta bandara di Sulawesi Tengah, Sulawesi Tenggara, Nias.
Namun, Budi belum bisa memastikan kapan sembilan bandara ini siap dilepas. Proses valuasi sembilan bandara tersebut belum rampung. Saat ini Kementerian Keuangan masih menghitung nilai bandara-bandara tersebut. 



(Baca: Kadin Dukung Rencana Pengelolaan Bandara oleh Swasta) Sementara untuk Bandara Tjilik Riwut, proses valuasinya sudah selesai. “Tjilik Riwut itu kira-kira Rp 200-400 miliar. Itu harganya yang relatif tidak besar dan juga tidak kecil,” ujarnya. Saat ini 10 bandara tersebut masih dipegang pengelolaannya oleh Kemenhub, melalui Unit Penyelenggara Bandar Udara (UPBU). Pihak swasta yang berminat mengelola bandara-bandara tersebut bisa mengajukan dan bekerja sama dengan pemerintah. Jika tidak, Pemerintah akan menyerahkan pengelolaannya kepada Badan Usaha Milik Negara (BUMN) PT Angkasa Pura I dan PT Angkasa Pura II.
Pemerintah memang telah berencana melepas pengelolaan bandara-bandara yang selama ini dipegang Kemenhub kepada badan usaha. Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman Luhut Binsar Panjaitan pernah menjelaskan, kebijakan ini diperlukan agar pengelolaan bandara-bandara tersebut tidak lagi membebani  Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN). Dengan begitu, anggaran negara akan bisa dialokasikan lebih banyak lagi untuk pembangunan infrastruktur bandara baru. Terutama bandara yang dinilai kurang layak secara ekonomi dan tidak diminati swasta. Pelepasan aset ini tidak hanya dilakukan di pelabuhan, infrastruktur lain seperti pelabuhan dan jalan tol juga dilakukan hal yang sama.


Luhut memastikan dengan kebijakan ini bukan berarti pemerintah melepas aset negara sepenuhnya kepada swasta. Dia mencontohkan skema yang telah dilakukan pada jalan tol. Pemerintah memberikan hak konsesi kepada swasta untuk mengelola jalan tol dengan jangka waktu tertentu. Setelah masa konsesinya habis, aset tersebut harus dikembalikan lagi kepada negara. Luhut mengatakann, pemerintah juga mensyaratkan agar investasi seperti itu hendaknya memperhatikan lingkungan serta melibatkan masyarakat lokal. "Misal tahun pertama atau kedua masih sulit, tapi tahun ketiga atau keempat bisa digantikan tenaga kerja kita (lokal) yang sudah dididik," ujar Luhut saat itu.

1. Bandar Udara Internasional Radin Inten II


Bandar Udara Internasional Radin Inten II (bahasa Inggris
Radin Inten II International Airport), (IATATKGICAOWILL), sebelumnya WICT, adalah bandar udara internasional yang melayani Kota Bandar Lampung di Provinsi LampungIndonesia. Nama bandar udara ini diambil dari nama tokoh yaitu Radin Inten II yang merupakan Kesultanan Lampung terakhir yang juga salah seorang Pahlawan Nasional asal Lampung. Bandar udara ini berlokasi di Jalan Alamsyah Ratu Prawiranegara di Desa Branti RayaKecamatan NatarKabupaten Lampung Selatan berada di barat laut Kota Bandar Lampung.
Bandara ini mengadopsi gaya futuristik dan memiliki gedung parkir berlantai empat di bawah pengelolaan PT. Angkasa Pura II. Pembangunan gedung parkir berkapasitas 800 hingga 1000 kendaraan ini bertujuan untuk mengantisipasi peningakatan arus wisatawan menuju destinasi utama Lampung. Di antaranya arena berselancar Pantai Tanjung Setia, Taman Nasional Way Kambas (ASEAN Heritage Park Way Kambas), habitat alam lumba-lumba Teluk Kiluan, dan pesona bawah laut di Pulau Pahawang.
Bandar Udara Internasional Radin Inten II di Provinsi Lampung merupakan bandar udara umum yang sudah di serah terimakan kepada PT Angkasa Pura II pada 14 Oktober 2019.
Bandara Radin Inten II Bandar Lampung resmi ditetapkan sebagai bandar udara bertaraf internasional. Keputusan Bandara Radin Inten II sebagai bandar udara internasional sesuai keputusan Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi.
Keputusan Menteri Perhubungan Republik Indonesia Nomor KP 2044 Tahun 2018 tentang Penetapan Bandar Udara Radin Inten di Kabupaten Lampung Selatan Provinsi Lampung sebagai Bandar Udara Internasional.
Bandar Udara Internasional Radin Inten II
Radin Inten II International Airport


·         IATA: TKG
·         ICAO: WILL
·         WMO: 96295
Informasi
Jenis
Publik
Pemilik
Pengelola
Melayani
Lokasi
Ketinggian dpl
282 kaki / 86 m
Sejarah Bandar Udara
Bandar Udara Internasional Radin Inten II Lampung sebelumnya bernama Pelabuhan Udara Branti adalah peninggalan Pemerintahan Jepang yang dibangun pada tahun 1943. Pada Tahun 1946 diserahkan kepada Pemerintahan Republik Indonesia Cq. Detasemen Angkatan Udara / AURI. Dari tahun 1946 s.d 1955 Pelabuhan Udara Branti dikelola oleh Detasemen Angkatan Udara / AURI dan pada saat itu belum ada penerbangan komersial/ reguler.
Pada tahun 1955, pengelolaan Pelabuhan Udara Branti dikelola oleh Djawatan Penerbangan Sipil (DPS) karena pada tahun tersebut Detasemen Angkatan Udara / AURI memiliki pangkalan udara di Menggala Kabupaten Lampung Utara. Pada tahun 1956 Garuda Indonesian Airways merintis membuka jalur penerbangan yang pertama kali dengan rute Jakarta – Tanjung Karang PP, dengan menggunakan pesawat jenis Barron dan pada tahun itu juga penerbangan komersil dimulai dengan frekuensi penerbangan tiga kali/minggu (jenis pesawat Barron diganti Dakota) dengan panjang landasan pacu ± 900 M. Pada tahun 1963 secara resmi Bandar Udara Branti dari AURI diserahterimakan kepada Residen Lampung dan pada tahun 1964 diserahkan pengelolaannya kepada Djawatan Penerbangan Sipil (DPS).
Pada tahun 1975 (Pelita II Tahun I) dimulai pembangunan landasan baru yang terletak disamping/sejajar dengan landasan lama. Pembangunan landasan baru dengan maksud untuk dapat didarati pesawat jenis F -28 dan sejenisnya. Secara bertahap landasan dibangun dan pada saat itu panjangnya mencapai ± 1.850 M. Pada tahun 1976 pembangunan landasan beserta Apron yang baru telah selesai dan diresmikan penggunaannya pada bulan Juni 1976 oleh Direktur Jenderal Perhubungan Udara Bapak Marsma Kardono dengan menggunakan pesawat F - 28 MK 3.000.
Pada tanggal 1 September 1985 istilah Pelabuhan Udara Branti dirubah menjadi Bandar Udara Branti dengan singkatan Bandara Branti, sesuai dengan Telex Sekretaris Jenderal Departemen Perhubungan No. 378/TLX/DEPHUB/VIII/85 Tanggal 22 Agustus 1985.
Sejak tanggal 11 Agustus 1989 PT. GIA tidak melayani jalur penerbangan Jakarta – Tanjung Karang PP dialihkan kepada PT. MNA diterbangi 7 Flight/hari dengan pesawat CN-235, disamping itu juga ada insidentil Flight / Penerbangan Carter. Selain untuk Jakarta – Bandar Lampung PP, dilayani juga rute Palembang – Bandar Lampung PP.
Terminal baru yang selesai dibangun tahun 1995 diresmikan dalam pengoperasian oleh Menteri Perhubungan pada tanggal 22 Mei 1995. Bandara Branti dirubah menjadi Bandar Udara Radin Intan II berdasarkan SK. Menteri Perhubungan No. KM. 10 Tahun 1997, tanggal 10 April 1997 diresmikan oleh Menteri Perhubungan pada tanggal 21 April 1997. Terhitung mulai tanggal 29 April 2004 PT. MNA yang tadinya mengoperasikan pesawat jenis Fokker F28 diganti dengan pesawat berbadan lebar jenis Boeing 737-200 (MZ – 202 / Flight II).
Pada Tahun Anggaran 2004 landasan pacu diperpanjang dari 1.850 M’ x 30 M’ menjadi 2.000 M’ x 30 M’. Maskapai penerbangan Sriwijaya Air mulai membuka jalur penerbangan pada tanggal 3 Mei 2005 dan Adam Air pada tanggal 5 September 2005 dengan jenis pesawat yang sama yaitu Boeing 737 Series 200, sedangkan Riau Airlines pada tanggal 06 Nopember 2006 dengan jenis pesawat Fokker F50.
Pada Tahun Anggaran 2007 landasan pacu diperpanjang dari 2.000 M’ x 30 M’ menjadi 2.250 M’ x 30 M’. Pada Tahun 2008 Maskapai penerbangan Adam Air (1 Maret 2008) dan Riau Airlines (2 Juni 2008) tidak melayani lagi jalur penerbangan ke Bandar Udara Radin Intan II. Maskapai penerbangan Batavia Air mulai membuka jalur penerbangan ke Bandar Udara Radin Intan II pada tanggal 8 Agustus 2008.
Pada awal tahun 2009 Garuda Indonesia kembali membuka jalur penerbangan ke bandara ini dengan pesawat Boeing 737-500. Selanjutnya landasan pacu kembali diperpanjang dan diperlebar dari 2.250 M’ x 30 M’ menjadi 2.500 M’ x 45 M’ sehingga pada tahun yang sama bandara ini bisa dimasuki pesawat Boeing 737-300 dan Boeing 737-400 secara penuh.
Selanjutnya pada 2010-2011 dimulai perluasan apron agar bandara ini dapat dimasuki pesawat Boeing 737-800 dan Boeing 737-900ER secara penuh.Apron Bandara Radin Intan II yang pada saat itu hanya bisa menampung 3 pesawat Boeing 737 klasik,diperluas kapasitasnya untuk menampung 5 pesawat secara bersamaan.Pada saat bersamaan dimulai juga konstruksi taxiway B untuk mempercepat arus keluar-masuk pesawat dari apron nomor 4 dan 5.Pada tahun yang sama pula,Lion Air pun membuka rute penerbangan ke Lampung.
Sejak tahun 2013 dimulailah renovasi tahap pertama dari Bandar Udara Radin Intan II.Renovasi ini dianggap kurang sempurna karena hanya mengubah sedikit saja dari bentuk asli bandara ini. Pada tahun 2014 kembali diadakan perluasan apron sehingga Bandara Radin Intan II dapat menampung 6 pesawat secara bersamaan.
Lalu pada 2015 dilanjutkan lagi dengan konstruksi taxiway C dan perluasan apron,sehingga apron dapat menampung 7 pesawat secara bersamaan. Disaat Menteri Perhubungan Ignasius Jonan melakukan kunjungan kerja ke Lampung,Jonan mengatakan bahwa Bandara Radin Intan II harus dibenahi dan dibongkar total. Pada akhir 2015,maskapai Wings Air kembali membuka rute penerbangan ke Lampung.
Pada tahun 2016,akhirnya dilakukan renovasi besar-besaran di bandara ini (Selengkapnya lihat: Perluasan bandara).Salah satu bagian dari perluasan pada tahun 2016 ini adalah kembali diadakannya perluasan apron dan konstruksi taxiway D,sehingga kapasitas apron meningkat dari 7 pesawat menjadi 8 pesawat,bahkan bisa menampung 10 pesawat dalam kondisi darurat.Selain itu landasan pacu kembali diperpanjan dari 2.500 M’ x 45 M’ menjadi 3.000 M’ x 45 M’ agar dapat dimasuki pesawat berbadan lebar. Ketika perluasan sudah selesai, beberapa maskapai seperti Garuda Indonesia dan Lion Air mulai menambah frekuensi penerbangan ke Lampung.
Pada tahun 2017,maskapai penerbangan Batik Air mulai membuka penerbengan ke Lampung dengan pesawat Airbus A320,di mana ini merupakan debut perdana A320 di bandara ini sejak perluasan pertama pada tahun 2004. [2]
Pada akhir tahun 2018 Bandara ini ditingkatkan menjadi bandara internasional, pemerintah memberi waktu selama 6 bulan sejak diterbitkanya surat resmi peningkatan untuk otoritas bandara mempersiapkan segala keperluan untuk penerbangan internasional seperti imigrasi, bea dan cukai serta penambahan terminal 2 internasional yang akan dibangun tahun ini.
Pada tanggal 8 Maret 2019, Bandara ini diresmikan oleh Presiden Republik Indonesia Joko Widodo menjadi bandara internasional, dengan menandatangani prasasti berbarengan dengan peresmian Bandar Udara Silampari di Lubuk Linggau.
Pada 14 Oktober 2019 Pengelolaan Bandara Radin Inten II oleh AP II diresmikan. Dalam perjanjian kerjasama. Tepatnya antara Ditjen Perhubungan Udara Kementerian Perhubungan dan PT Angkasa Pura II (Persero). Perjanjian itu tentang Kerja Sama Pemanfaatan (KSP) Barang Milik Negara pada Bandara Kelas I Radin Inten II Lampung.
 Perluasan Bandara
Pemerintah Provinsi Lampung dan Direktorat Jenderal Perhubungan Udara Kementerian Perhubungan (Kemenhub) sejak Juni 2012 telah menandatangani MoU tentang pengembangan dan pembangunan Bandar Udara Internasional Radin Intan II Lampung.
MoU bernomor G/454/III.06/HK/2012 dan HK.201/1/14/DRJU-2012 itu dijadikan dasar kedua belah pihak untuk mengembangkan bandara terbesar di Provinsi Lampung tersebut menjadi bandara bertaraf internasional. Targetnya, rencana pengembangan ini rampung pada Tahun 2017.
Transportasi Darat
·         Taksi
·         Puspa Jaya Taxi
·         Bus Rapid Transit (BRT)

Komentar

Postingan populer dari blog ini

5W+1H DALAM PERENCANAAN MANAJEMEN

SPESIFIKASI TEKNIS PENGERJAAN PLESTERAN DAN ACIAN