KARAKTERISTIK BANDAR UDARA DI INDONESIA
PT ANGKASA PURA 1
1. Bandara Internasional Lombok - Lombok Tengah
1. Bandara Internasional Lombok - Lombok Tengah
Bandar Udara Internasional
Zainuddin Abdul Madjid[1] (bahasa
Inggris: Zainuddin Abdul Madjid
International Airport) (IATA: LOP, ICAO: WADL)
sebelumnya juga dikenal dengan Bandar Udara Internasional Lombok, adalah Bandara
domestik dan internasional yang
berlokasi di Kabupaten Lombok
Tengah, provinsi Nusa Tenggara Barat, Indonesia.
Bandara ini dioperasikan oleh PT
Angkasa Pura I.[2][3] dan dibuka pertama kali pada tanggal 1 Oktober 2011 untuk menggantikan fungsi dari Bandara Selaparang Mataram.
Terletak persis di jantung pulau
"eksotik" Lombok tepatnya di Jalan Tanak Awu. Melayani
penerbangan domestik maupun international. Maskapai yang melayani rute domestik
antara lain yaitu Garuda Indonesia, Merpati Nusantara, Lion Air, Wings Air,
Citilink, Sky Aviation, Trans Nusa Aviation, Indonesia Air Transport (Non
Reguler), dan Travira Air (Non Reguler). Rute internasional dilayani oleh Silk
Air dan AirAsia.
Pada tanggal 20
Oktober 2011 Presiden
RI Susilo Bambang Yudhoyono meresmikan bandara ini.[4] Arsitektur
bandara ini memiliki ciri khas rumah adat sasak, namun
tentu saja menggunakan bahan-bahan modern baja
galvanis.
Penamaan bandara
Bandara Internasional Lombok, NTB.
Bandara Udara Internasional
Lombok atau disingkat sebagai BIL, mempunyai beberapa nama yang diusulkan. Pada
bulan Januari 2009 hasil jajak pendapat publik yang dilakukan di Lombok
menunjukkan bahwa Bandara Internasional Lombok (BIL) dipilih oleh 40,4% responden, Bandara Internasional Sasak
(BIS) 20%, Bandara Internasional Rinjani
(BIR) 46 16,7%, Bandara
Internasional Mandalika (BIM) 10,9%, Bandara Internasional Selaparang (SIA) 8%,
Bandara Internasional Pejanggik (PIA) 2,9%, dan Bandara Internasional Arya
Banjar Getas (ABGIA) tetapi kini, Bandara Internasional Selaparang sudah tidak
lagi berfungsi sebagai bandar udara, oleh karena itu jajak pendapat tidak lagi
didapatkan dari Bandara Internasional Selaparang (SIA). Pada tanggal 5 September
2018, Bandara Internasional Lombok
(BIL) digantikan nama menjadi Bandara Internasional Zainuddin Abdul Madjid
(BIZAM).
Lokasi
Lokasi Bandara Internasional
Lombok di Tanak Awu, Kabupaten Lombok Tengah, pulau Lombok,
Indonesia. Bandara
ini terletak sebelah tenggara Kota
Mataram ibu kota provinsi Nusa Tenggara
Barat dan ± 8 kilometer selatan dari kota kecil Praya, ibu kota Kabupaten Lombok Tengah.
Bandara ini dibangun di atas
lahan seluas 550 hektare yang menelan biaya Rp.625 miliar (US$73.100.000).
Tujuan
Ketika Bandara Internasional Lombok beroperasi, semua jadwal penerbangan yang ada di Bandara Selaparang Lombok
dipindahkan ke bandara baru.
Dikarenakan Bandara Selaparang tidak
bisa didarati pesawat berbadan lebar maka diharapkan bahwa pelayanan
internasional dan domestik akan segera melengkapi rute untuk pesawat berbadan
lebar yang tidak bisa mendarat di Mataram.
Tahap-tahap pembangunan
Apron area Bandara internasional Lombok.
Landasan pacu, taxiway dan apron
berada dalam tahap akhir instalasi konstruksi dan fasilitas di kuartal 3 tahun
2010. Terminal dan fasilitas pendukung lainnya dalam tahap akhir penyelesaian
pada akhir September 2011. Tanggal pembukaan bandara sudah di jadwalkan dan
kemudian ditunda berkali-kali. Dan diumumkan untuk pembukaan resmi pada tanggal
1 Oktober ini sebagian menanggapi kebutuhan mendesak untuk beroperasi sebelum
dimulainya penerbangan Haji pada akhir tahun 2011.
Tahap I (2006-2009)
· Runway:
45m x 2500m
· Apron:
52.074 m²
· Terminal:
12.000 m² (Penumpang, VIP, Kargo)
· Parkir:
17.500 m²
Tahap II (2013-2015)
· Runway:
45m x 2750m
· Apron:
63.294 m²
· Taxiway:
2 exit taxiway
· Terminal:
16.500 m² (2,4juta penumpang per tahun)
· Parkir:
29.100 m²
Tahap-III (2028)
· Runway:
45m x 3500m
· Apron:
74.514 m²
· Taxiway:
taxiway keluar dari 12, 2 taxiway keluar yang cepat, 1 paralel taxiway
· Terminal:
28.750 m² (3.25juta penumpang per tahun)
· Parkir:
29.100 m²
Maskapai Penerbangan dan Tujuan
Maskapai
Tujuan
Maskapai
Tujuan
2. Bandara I Gusti Ngurah Rai - Denpasar
Bandara Ngurah Rai Bali merupakan Bandara terbesar
yang dikelola oleh Angkasa Pura Airport. Amgkasa
Pura Airport atau PT Angkasa Pura I (Persero) adalah BUMN yang bergerak dibidang Pengelolaan Jasa
Kebandarudaraan. Angkasa Pura Airport mengelola 13 Bandar Udara yang
tersebar di kawasan Tengah dan Timur Indonesia. Sebagai satu-satunya Bandara di
Pulau Bali, menjadikan Bandara Ngurah Rai sebagai Pintu Gerbang utama menuju
Wilayah Tengah dan Timur Indonesia.Bandara Ngurah Rai dibangun pada tahun 1930
oleh Departement Voor Verkeer en Waterstaats (semacam Departemen Pekerjaan
Umum). Landas pacu berupa airstrip sepanjang 700m dari rumput di tengah ladang
dan pekuburan di desa Tuban. Karena lokasinya berada di Desa tuban, masyarakat
sekitar menamakan airstrip ini sebagai Pelabuhan Udara Tuban.
Bidang Usaha Bandara Ngurah Rai
PT Angkasa Pura I (Persero)
Cabang Bandar Udara Internasional Ngurah Rai Bali adalah perusahaan penyedia
jasa kebandarudaraan (airports services). Terbagi atas 2 bidang usaha yaitu
Jasa Aeronautika dan Jasa Non-Aeronautika.
Jasa Aeronautika adalah jasa
layanan yang diberikan kepada perusahaan penerbangan dan penumpang, yang
terdiri dari:
· Aircraft Parking
adalah jasa penempatan dan penyimpanan pesawat udara. Pelayanan yang diberikan
oleh PT Angkasa Pura I (Persero) Cabang Bandar Udara I Gusti Ngurah
Rai Bali adalah dengan
menyediakan tempat parkir pesawat (apron). Apron di Bandar Udara I Gusti Ngurah
Rai dibagi menjadi 2 bagian yaitu:
· Apron
Utara, seluas 300.200 M2. Memiliki daya
tampung 37 parking stand yang
diperuntukkan bagi penerbangan
berjadwal (reguler flight). Mampu melayani pesawat berbadan lebar (wide body)
dengan type terbesar B747 seri 400; Apron Selatan, seluas 74.125 M2. Memiliki
daya tampung 16 parking stand. Diperuntukkan bagi penerbangan tidak berjadwal
(unscheduled flight) dan charter. Menampung pesawat berbadan kecil (narrow
body).
· Passenger Processing, adalah jasa layanan penumpang. Pelayanan yang
diberikan oleh PT Angkasa Pura I (Persero) Cabang Bandar Udara I Gusti Ngurah
Rai Bali adalah dengan menyediakan gedung terminal penumpang berserta fasilitas
penunjang lainnya seperti fasilitas check in, transit, boarding dan trolley.
· Gedung
terminal penumpang dapat dibagi menjadi 2, yaitu:
o Terminal Internasional, seluas 120.000 M2. Menampung 16 juta penumpang per tahun dan dilengkapi
dengan 11 garbarata
o Terminal Domestik, seluas 65.800 M2. Mampu menampung 9 juta penumpang per tahun dan
dilengkapi dengan 3 garbarata.
Jasa Non-Aeronautika, adalah jasa
layanan pendukung kebutuhan perusahaan penerbangan dan penumpang. Dalam
pemenuhannya PT Angkasa Pura I (Persero) Cabang Bandar Udara I Gusti Ngurah Rai
Bali bekerja sama dengan mitra usaha. Bidang usaha ini dapat dibagi menjadi 6
bagian, antara lain:
·
Food and Beverages, jasa layanan penyedia makanan
dan minuman, baik di dalam maupun di luar terminal penumpang.
·
Retail, layanan jasa penyedia perbelanjaan untuk
kebutuhan penumpang (souvenir, buku, dll), termasuk di dalamnya duty free
shops.
· Advertising,
layanan jasa penyedia ruang iklan sebagai media promosi dan publikasi.
·
Property, layanan jasa penyedia sewa ruang usaha
(space), di lingkungan Bandar Udara I Gusti Ngurah Rai.
· Parkir Kendaraan, layanan jasa penyedia area parkir kendaraan penumpang
maupun penjemput dan pengantar. Terdiri dari gedung parkir 5 lantai dengan
kapasitas 1.600 unit kendaraan roda 4 dan lahan parkir yang mampu penampung
1.963 unit.
· Cargo
Service, layanan pengelolaan pengiriman barang.
Fasilitas Bandara Ngurah Rai
Berukuran 45 M x 3.000 M dengan
konstruksi perkerasan beton dan aspal, PCN 83/F/C/X/T, dapat digunakan pesawat
kelas B 747-400 untuk menempuh jarak setara Denpasar – Tokyo tanpa pembatasan
beban.
Fasilitas Sisi Udara
· Aerodome
Refference Code : 4E
· Dimensi
Runway : (3.000 x 45) M
· Runway
Strip : (3.120 x 300) M
· Taxiway
–Perpendicular : 5
– Dimensi : 3 x (148,5 x 23) M (600 x 23) M (600 x
23) M
– Dimensi : 2 x (237,62 x 23) M
· Apron
· F1 : 9 (
F1 = B-747, A-300, A-330, A-340, B-777)
· F2 : 4 (
F2 = DC-10, A-310, A-320, A-319, MD-11, B-767)
· F3 : 25 (
F3 = B-737, DC-9, Fokker-100, MD-82, MD-90)
· F4 : – (
F4 = Fokker-50, Fokker-28, Fokker 27, Cassa-212, ATR-42, ATR-72)
Luas Apron : 269.367 M²
· Fire
Fighting Category : Cat – IX
· Lahan GSE
: 24.490 M²
Fasilitas Sisi Darat
· Terminal
Penumpang Internasional : 65.898,5 M²
· Terminal
Penumpang Domestik : 14.791,86 M²
· Parkir
Kendaraan : 51.348 M²
· VIP I :
633 M²
· VIP II :
400 M²
· Cargo
International Area : 3.708 M²
· Cargo
Domestik Area : 2.574 M²
· Inflight
Catering : 5.720 M² (PT. Angkasa Citra Sarana / ACS)
· Inflight
Catering II : 3.040 M² (PT. Jasapura Angkasa Boga)
· Aircraft
Refueling Capacity : (PT. Pertamina (Persero))
· 3 Buah
Tangki Pendam : 6.481.000 liter
· 3 Buah
Tangki Pendam : 13.528.000 liter
· Fasilitas
Search&Rescue (SAR) : Tersedia
· Trolley :
Tersedia
Landasan – taxi
Beberapa “landasan – taxi –
keluar” dan “landasan – taxi – sejajar” dengan konstruksi aspal dan beton
meningkatkan kapasitas landasan pacu.
Pelataran Parkir Pesawat
Kapasitas Pelataran Parkir
Pesawat adalah 7 posisi pesawat kelas B 747-400,6 posisi pesawat kelas A 320,
dan 25 posisi untuk kelas B 737, (dalam waktu bersamaan).
Helipad
Tersedia fasilitas DPPU dengan
kapasitas simpan 6.540 kiloliter yang dioperasikan oleh Pertamina untuk
pelayanan pengisian BBM bagi pesawat udara, baik dengan menggunakan hidran
maupun kendaraan tanki, jenis bahan bakar avtur dan avigas.
Unit Pertolongan Kecelakaan
Tersedia Unit Pertolongan
Kecelaka-an Penerbangan & Pemadam Kebakaran (PKP&PK) dengan peralatan
yang lengkap sesuai dengan Katagori 9 menurut persyaratan ICAO.
Penghargaan Yang Diperoleh Bandara Ngurah Rai :
· Penghargaan
pelayanan publik dari departemen perhubungan tanggal 6 september 2005
·
Bumn terbaik 2005 kategori infrastruktur,
konstruksi, perhubungan dan kawasan industri oleh investor (media investasi
& keuangan)
·
Bandara internasional terbaik di indonesia dari
aspek keamanan & keselamatan tahun 2007 yang diberikan oleh departemen
perhubungan republik indonesia.
· Peringkat satu dalam penyediaan dan pengelolaan toilet umum bersih tahun
2007 yang diberikan oleh menteri kebudayaan dan pariwisata sebagai bandar udara
internasional terbersih.
· Penilaian
unit pelayanan publik di lingkungan departemen perhubungan tahun 2007
·
Wajib pajak terbaik kabupaten badung tahun 2007
(best region tax-payer of badung regency year 2007)
· Penghargaan kecelakan nihil (zero accident) dalam melaksanakan program
kesehatan dan keselamatan kerja tahun 2008 yang diberikan oleh departemen
tenaga kerja & transmigrasi.
oleh
Direktur
Utama
PT.
(Persero)
Angkasa
Pura
I.
Penghargaan citra pelayanan prima pada tahun 2008
diberikan oleh MENPAN.
3. Bandara
Adi Soemarmo - Surakarta
Bandar Udara Internasional
Adisumarmo (bahasa Jawa:
,
translit. Papan Anggegana Internasional Adisumarmo), (bahasa
Inggris: Adisumarmo International
Airport), (IATA: SOC, ICAO: WAHQ)
adalah bandar
udara yang terletak di Kabupaten Boyolali, Jawa
Tengah, Indonesia. Bandar udara ini
berlokasi sekitar 14 km di utara Kota Surakarta[1]
Sejarah
Tempat parkir Adi Sumarmo yang berbentuk Gunungan.
Bandara ini dulu bernama
Pangkalan Udara (Lanud) Panasan, karena terletak di kawasan Panasan. Bandara
ini dulu bernama Pangkalan Udara (Lanud) Panasan yang dibangun pertama kali
pada tahun 1940 oleh Pemerintah
Belanda sebagai lapangan terbang darurat.
Ketika bala tentara Jepang
masuk ke Indonesia
bandara tersebut sempat
dihancurkan oleh Belanda
namun dibangun lagi oleh Pemerintah
Jepang sejak pada tahun 1942 sebagai
basis militer penerbangan angkatan laut (Kaigun Bokusha).
Setelah Proklamasi Kemerdekaan Republik Indonesia penyelenggaraan bandara dilaksanakan oleh “Penerbangan Surakarta” yang
diresmikan pada tanggal 6 Februari 1946.
Pada tanggal 1 Mei 1946,
Penerbangan Surakarta sejak berubah menjadi “Pangkalan Udara Panasan” yang
hanya diperuntukkan penerbangan militer.
Pangkalan udara tersebut pertama
kali digunakan secara resmi untuk penerbangan komersial pada tanggal 23 April
1974 yang dilayani oleh Garuda
Indonesia dengan rute Jakarta-Kemayoran-Solo
& Solo-Jakarta-Kemayoran dengan frekuensi 3-kali seminggu.
Pada tanggal 25 Juli 1977,
“Pangkalan Udara Panasan” berubah nama menjadi “Pangkalan Udara Utama Adi
Sumarmo” yang diambil dari nama Adisumarmo Wiryokusumo (adik dari Agustinus Adisucipto).
Pada tanggal 31 Maret 1989,
Bandara ini ditetapkan menjadi Bandara Internasional dengan melayani
penerbangan rute Solo-Kuala Lumpur & Solo-Singapore.
Pada tanggal 1 Januari 1992,
Bandara Adi Sumarmo dikelola oleh Perusahaan Umum Angkasa Pura
I yang pada tanggal 1 Januari 1993
berubah status menjadi Persero
Terbatas Angkasa Pura I sampai
dengan sekarang.
Data bandara
· Jarak
dari Surakarta: 14 kilometer
· Koordinat:
07°30´58"S, 110°45´25"E
· Ketinggian:
12m8 meter
· Jumlah
terminal: 3 Terminal penumpang, 2 terminal kargo, 11 tempat parkir pesawat
· Runway 1:
Heading 08R/26L, 4,000 m (13.123 ft), 68/F/C/X/T, ILS, Lighting: PAPI
· Fire
Category VIII, Rescue and fire fighting
· Navigational
Aids: VOR-DME, NDB
· Airfield
Restrictions: Wide body ACFT 180 turn at the end of Runway
· Runway 2:
Heading 08L/26R, 3,000 m (9,843 ft), 68/F/C/X/T, ILS, Lighting: PAPI
· Fire
Category XIII, Rescue and fire fighting
· Navigational
Aids: VOR-DME, NDB
· Airfield
Restrictions: Wide body ACFT 180 turn at the end of Runway
Fasilitas kargo
Kapasitas 48tonnes (105.000 lbs),
gudang seluas 574m² (6,178sq ft), kawasan berikat, hanya kargo domestik,
karantina hewan, fasilitas kesehatan, peralatan X-ray, bahan berbahaya, GPU,
sabuk berjalan kargo, dan kursi
roda.
Maskapai penerbangan
Maskapai
Tujuan
Charter: Timika
Musiman: Jeddah
|
|||
Musiman: Jeddah[Note 1], Madinah[Note 2]
|
Bus
Tujuan
Tarif
Damri
Terminal Tirtonadi
Rp20.000,00
Batik
Solo Trans (BST) Koridor 1 (Bandara - Palur) Rp20.000,00
· Taksi
Bandara
· Kereta
Bandara
Insiden
· 30 November 2004,Lion Air Penerbangan 538 dengan pesawat berjenis MD-82 tergelincir
saat melakukan pendaratan di landasan pacu hingga keluar dari landasan.
Lanud Adi Soemarmo yang terletak
11 km sebelah barat Kota
Surakarta pada awalnya merupakan lapangan
terbang darurat yang dibangun tahun 1940.[2] Dengan
datangnya tentara Jepang tahun 1942 landasan tersebut digunakan sebagai basis militer
penerbangan tentara Jepang, maka
dibangunlah landasan, bangunan-bangunan untuk kantor, asrama, gudang, dapur,
menara dan hanggar. Setelah proklamasi kemerdekaan RI 17
Agustus 1945, Komite
Nasional Indonesia (KNI) Colomadu dan Badan Perjuangan mengadakan perundingan
dengan Komandan Butai Panasan. Hasil dari perundingan tersebut menghasilkan
keputusan berupa pengosongan oleh tentara jepang. Dengan penyerahan lapangan
terbang panasan kepada pihak Badan Perjuangan Panasan merupakan beban yang
tidak ringan. Kegiatan tersebut dimanifestasikan dalam bentuk organisasi yang
dinamakan penerbangan Surakarta yang dibentuk tanggal 6 Pebruari 1946.
Peresmian tersebut diramaikan
dengan demonstrasi penerbangan dan Joy Flight dengan pesawat-pesawat yang
didatangkan dari Yogyakarta.
Organisasi ini merupakan cikal
bakal lahirnya pangkalan udara panasan. Sejalan dengan perkembangan situasi dan
kondisi organisasi ketentaraan di Indonesia menjadi Tentara Republik Indonesia (TRI), jawatan penerbangan lebur menjadi satu yaitu TRI Angkatan Udara.
Pada bulan Mei 1946 telah datang pesawat Cureng dari markas tertinggi TRI
Angkatan Udara di Yogyakarta yang membawa rombongan KSAU Komodor Udara Suryadi Suryadarma, Wakil KSAU Komodor Udara R. Sukarnaen Martodisumo dan Prof. DR. Abdul Rachman Saleh. Maksud kedatangan rombongan tersebut untuk menerima penyerahan
penerbangan Surakarta
dari Divisi IV Surakarta yang
terdiri dari Kolonel Sutarto, Letkol Mursito dan Letkol Sudibyo. Secara resmi
Penerbangan Surakarta menjadi Pangkalan Udara Panasan yang merupakan integral
dari Angkatan Udara. Sebagai Komandan Pangkalan Udara Panasan dijabat oleh
Opsir Muda Udara I Soeyono, Opsir Muda Udara II Ali Sutopo sebagai wakil dan
Opsir Muda Udara III Sartolo sebagai Kegartier Master.
Tanggal 16 Maret 1959 merupakan
lembaran baru bagi Pangkalan Angkatan Udara Panasan (Detasemen AU Panasan) yang
telah ikut aktif mendukung pembangunan dalam pendidikan anggota TNI
AU. Detasemen AU Panasan membuka
pendidkan Depot Batalyon Calon Prajurit (Caper) angkatan pertama. Berdasarkan
Surat Keputusan KASAU
Nomor: 306 tanggal 19
September 1959 terhitung mulai 1
September 1959 Depot Batalyon Calon Prajurit ditetapkan menjadi Pusat
Pendidikan Kemiliteran Angkatan Udara (PPKAU) yang berkedudukan di Pangkalan
Angkatan Udara Panasan. Pendidikan Calon Prajurit Angkatan ke-2 dibuka tanggal
28 September 1959, selanjutnya Pendidikan Sekolah Dasar Perwira (SEDASPA)
dibuka tanggal 18 Januari 1960. Tempat pendidikan tersebut mempunyai motto
“Mendidik dan membangun atau membangun dan mendidik” yang bermakna untuk
menggembleng personel Angkatan Udara yang berkualitas, bermental baja dan
berdisiplin tinggi. Salah satu Alumnus PPKAU adalah Marsekal
TNI Rilo Pambudi (mantan KSAU).
PPKAU yang merupakan pusat
pendidikan Angkatan Udara, pada tanggal 27 Juni 1965 diresmikan oleh
Menteri/Panglima Angkatan Udara menjadi Wing Pendidikan (Wingdik) Pangkalan
Angkatan Udara Panasan dijabat oleh Kolonel Udara Suyoto sebagai Komandan
Pangkalan Angkatan Udara Panasan. Wingdik 4 membawahi 3 Kesatuan Pendidikan
yaitu: Kesatuan Pendidikan 010, Kesatuan Pendidikan 011 dan Kesatuan Pendidikan
004. Wing Pendidikan 4 tidak hanya mendidik anggota-anggota TNI
AU, tetapi juga tempat penggemblengan
para sarjana untuk menjadi militer.
Sejalan dengan kemajuan sistem
manajemen dan penyempurnaan Organisasi TNI AU, maka mutlak diperlukan adanya
pemisahan wewenang, fungsi, tugas dan tanggung jawab antara Wing Pendidikan 4
dengan Pangkalan Angkatan Udara Panasan. Berdasarkan radiogram No:165 tanggal
11 Juni 1966 dilaksanakan pemisahan dan sekaligus diadakan penggantian Komandan
dari Kolonel Udara Suyoto kepada Mayor Udara Parjaman berdasarkan Surat
Keputusan Menteri/Pangau No:54/Pers-MP/1966 tanggal 17 Mei 1966. Wing
Pendidikan 4 hanya mempunyai wewenang fungsi, tugas dan tanggung jawab dibidang
pendidikan, sedangkan tugas mengurus pemeliharaan/perawatan kesatuan menjadi
tugas dan tanggung jawab Pangkalan.
Perkembangan selanjutnya
berdasarkan Surat Keputusan KASAU No: Skep/07/VIII/1977 tanggal 25 Juli 1977
Wing Pendidikan 4 Pangkalan Angkatan Udara Panasan berubah nama menjadi Wing
Pendidikan 4 Pangkalan Udara Utama (Lanuma) Adi Soemarmo. Sebagai Komandan
Lanuma Adi Soemarmo dijabat oleh Kolonel Pnb Suharjo. Nama Adi Soemarmo diambil
dari nama seorang tokoh TNI
AU yang gugur dalam peristiwa 29
Juli 1947. Pesawat Dakota
VT-CLA yang membawa obat-obatan
sumbangan dari palang merah internasional telah ditembak oleh pesawat pemburu
Belanda Kitty Hawk. Pesawat tersebut jatuh didaerah Ngoto
Yogyakarta. Tewas dalam pesawat
tersebut selain Adi Soemarmo juga
Komodor Muda Udara Adi
Sutjipto dan Komodor Udara Abdul Rachman Saleh. Pada tahun 1985 Wing Pendidikan 4 Pangkalan Udara Utama (Lanuma) Adi
Soemarmo dilikuidasi menjadi Pangkalan Udara (Lanud) Adi Soemarmo. Tugas
pokoknya sebagai penyelenggara pendidikan calon prajurit TNI
AU maupun Sekolah Pembentukan dan
Kejuruan. Disamping penyelenggara pendidikan Prajurit dan calon Prajurit TNI AU
Lanud Adi Soemarmo juga melaksanakan tugas-tugas operasi dan Pertahanan
Pangkalan.
Sebagai pusat pendidikan bagi Prajurit TNI Angkatan Udara
Lanud Adi Soemarmo melaksanakan
fungsi dan kegiatannya sebagai tempat pendidikan TNI Angkatan Udara yang
mewakili lembaga pendidikan, antara lain:
Pada waktu Komandan Lanud Adi
Soemarmo dijabat oleh Kolonel Pnb Surya Dharma S.IP (1999) terdapat perubahan
nama dan tambahan pada lembaga-lembaga pendidikan. Berdasarkan Surat Keputusan
KSAU No: Skep/4/III/1999 Lanud Adi Soemarmo membawahi 5 Skadron Pendidikan
(Skadik), yaitu Skaron Pendidikan 401, Skadron Pendidikan 402, Skadron
Pendidikan 403, Skadron Pendidikan 404 dan Skadron Pendidikan 405.
Dengan kekalahan Jepang oleh
sekutu dan diikuti lahirnya Proklamasi Kemerdekaan Republik Indonesia yang
sangat ditunggu-tunggu oleh bangsa Indonesia telah membawa semangat baru bagi
bangsa Indonesia, yaitu semangat sebagai bangsa yang merdeka dan berhak
menentukan nasib sendiri. Pangkalan-pangkalan di bawah kekuasaan Jepang secara
berangsur dapat direbut oleh para pejuang bangsa Indonesia, baik melalui
pertempuran maupun secara diplomasi. Pangkalan Udara Panasan dapat diambil alih
oleh para pejuang bangsa Indonesia melalui diplomasi di bawah kekuasaan Divisi
IV Surakarta. Selanjutnya sebagai Komandan Devisi IV Surakarta Kolonel Inf.
Soetarto menyerahkan Pangkalan Udara Panasan kepada panitia yang
diketuai oleh Soejono. Dalam
perkembangan berikutnya Pangkalan Udara Panasan dimanifestasikan dalam sebuah
organisasi yaitu Penerbangan Surakarta yang diresmikan pada tanggal 6
Februari 1946, dihadiri
oleh pembesar-pembesar militer dan sipil serta tokoh masyarakat sekitar
Surakarta.[3]
Sejalan dengan perkembangan
organisasi ketentaraan di Indonesia seperti halnya Jawatan Penerbangan telah
berubah menjadi Tentara Republik Indonesia, maka jawatan-jawatan yang
menyelenggarakan penerbangan meleburkan diri menjadi Angkatan Udara. Pada bulan
Mei 1946 telah datang empat buah pesawat jenis cureng ke Pangkalan Udara
Panasan dari Pangkalan Udara Maguwo Yogyakarta dengan membawa Kepala Staf Angkatan Udara Komodor Udara S. Suryadarma, Wakil
Kepala Staf Komodor Udara R. Soekarnaen Martokusumo Dan Prof Dr. Abdulrachman
Saleh. Adapun maksud kedatangan rombongan tersebut adalah menerima secara resmi
organisasi penerbangan dari Devisi IV Surakarta, maka Pangkalan Udara Panasan
resmi menjadi bagian integral dari Angkatan Udara Indonesia yang selanjutnya
bertugas menjaga kedaulatan wilayah udara nusantara. sebagai Komandan Pangkalan
Udara Panasan ditetapkan Opsir Muda I Soejono dan wakilnya Opsir Udara II Ali
Soetopo. Setelah terjadinya pergantian beberapa kali komandan dan selesainya
perang revolusi fisik, maka tibalah saatnya masa pengisian kemerdekaan RI,
demikian juga Pangkalan Panasan turut aktif mendukung pembangunan dalam bidang
pendidikan di TNI
AU. Pada tanggal 16 Maret 1959
merupakan lembaran baru bagi Pangkalan Udara Panasan, diawali dengan pembukaan
Pendidikan Depot Bataliyon Caper Angkatan I yang diikuti oleh 350 anggota,
terdiri dari tamtama PPP, bintara sandi dan PLLU, bertindak sebagai inspektur
upacara dalam pembukaan pendidikan tersebut adalah Letkol Udara Soejono
Mewakili Kasau,
selanjutnya Pangkalan Udara
Panasan terhitung mulai 1
September 1959 ditetapkan
menjadi pusat pendidikan militer angkatan udara. Sesuai dengan perkembangan
serta tuntutan tugas dan organisasi, maka berdasarkan Surat Keputusan Ksau
Nomor Skep 07/VII/1977 tanggal 25 Juli 1977 Pangkalan Udara Panasan diubah
namanya menjadi Pangkalan Udara Adi Sumarmo. Sebagai pangkalan pendidikan
mempunyai tugas dan tanggung jawab melaksanakan kegiatan pendidikan Sepa Milwa
Abri, Secapa, Secaba, Secata, Sejurpas, Sejurjasmil dan Seradum berkedudukan di
bawah Wing Pendidikan 4. Dalam perjalanannya sejak tahun 1999 lembaga
pendidikan di Lanuma Adisumarmo bertambah, dan lembaga-lembaga yang sudah ada
mengalami perubahan nama yaitu:
1. Secapa berubah menjadi Skadik 401 yang tugas dan fungsinya mendidik
Calon Perwira Dan Siswa Ikatan Dinas Pendek (IDP).
2. Skadik 402 adalah lembaga pendidikan yang tugas dan fungsinya untuk
mendidik siswa sekolah dasar kecabangan Paskhas dan Pom AU.
3. Secaba berubah menjadi skadik 403 yang tugas dan fungsinya sebagai
lembaga pendidikan pertama siswa calon bintara pria dan Wanita Angkatan Udara
(WARA) dari masyarakat umum (dikum) dan bintara pria dari tamtama (reguler).
4. Secata berubah menjadi Skadik 404 yang tugas dan fungsinya sebagai
lembaga pendidikan sekolah pertama siswa calon tamtama.
5. Sejurpas, Sejurjasmil dan Seradum digabung menjadi Skadik 405 yang tugas
dan fungsinya mengelola pendidikan sekolah dasar tamtama Paskhas dan Pom AU,
sekolah jurusan bintara Paskhas dan Pom AU sekolah dan kejuruan jasmani
militer, sekolah radar umum dan darat, kursus bintara manjemen kejuruan jasmani
militer dan kursus bintara manajemen kejuruan pom.
Komandan 1985-sekarang
· Kolonel
Pnb Poernomo (1985-1985)
· Kolonel
Pnb Darmadji (1985-1988)
· Kolonel
Pnb Jogyanto (1988-1990)
· Kolonel
Pnb Mursabdo (1990-1991)
· Kolonel
Pnb Sudiarto (1991-1992)
· Kolonel
Pnb Iskak Karmanto (1992-1994)
· Kolonel
Pnb Suparno Muanam (1994-1995)
· Kolonel
Pnb Mulyanto Djojoadikusumo (1995-1997)
· Kolonel
Pnb Herman Prayitno (1997-1997)
· Kolonel
Pnb Sholeh Tridjoko (1997-1999)
· Kolonel
Pnb Surya Dharma (1999-2000)
· Kolonel
Pnb Boy Syahril Qomar (2001-2003)
· Kolonel
Pnb Potler Gultom (2003-2005)
PT
ANGKASA PURA II
1.Bandara Soekarno-Hatta (Jakarta)
Bandar Udara Internasional
Soekarno-Hatta adalah bandara terbesar
di Indonesia. Bandara Soekarno Hatta merupakan gerbang utama Indonesia dari
dunia Internasional sehingga memiliki peran yang sangat penting bagi cermin
Negara Indonesia. Nama Bandara Soekarno Hatta diambil dari dua tokoh pahlawan
nasional sekaligus Presiden dan Wakil Presiden Indonesia Pertama, yaitu
Soekarno dan Mohammad Hatta.
Di dunia penerbangan Bandara
Soekarno Hatta sering juga disebut Bandara Cengkareng karena letaknya berada di
daerah Cengkareng. Bandara Soekarno-Hatta adalah salah satu bandara dengan jumlah penumpang terbanyak di
Indonesia. Hampir 2/3 total penumpang pesawat Indonesia atau sekitar 32 juta
orang/ tahun melewati bandara ini.
Data Umum Bandara Soekarno Hatta
· Kelas :
Internasional
· Luas :
1740 Ha
· Alamat :
Bandara Soekarno – Hatta, Tangerang
· Telepon :
(021) 5507300
· Faksimili
: (021) 5506823
· E-mail :
ap2_cgk@angkasapura2.co.id
· Garbarata
: 67
·
A. 18 a/c
·
B. 15 a/c
·
C. 16 a/c
D-E-F-Remote 472,853 m2
·
D. 16 a/c
·
E. 8 a/c
·
F. 19 a/c
o Strength : PCN 120
o Resa : 120
o Stand : 106
o Checkin Counter : 120 dan 24 Dom
+ 72 Int
o Parking : luas 64,129 m2
kapasitas 2,400 dan 51,330 m2 untuk 2,400
o Koordinat/Elevasi : 06?07’49,1080?LS
dan 106?40’27,7680?BT
o Kode ICAO/IATA : WIII/CGK
o Jam Operasi : 24 Jam
o Jarak dari kota : ± 20 km di
sebelah barat DKI Jakarta
Spesifikasi Bandara Soekarno Hatta
· Landasan
Arah : Timur – Barat (07 – 05) (07R – 25L) (07C – 25C)
· Dimensi :
(3,660 x 60) m² (3,600 x 60 ) m²
· PCN : PCN
120/R/D/W/T PCN 120/R/D/W/T
· Taxiway
·
N1 posisi Paralel dengan luas (3.897×23)m² 89631 dan (1.999×23)m² 45977
(3.211×23)m²
73853
·
N3 posisi Cross (Sejajar Barat) dengan luas
(2.008×23)m² 46184 dan 2.008×23)m² 46184
· Terminal
1 luas 312,522 m²
· Terminal
2 luas 564,000 m²
· Tersedia
Hanggar
Fasilitas Penerbangan
·
Telekomunikasi : VHF/HF,D-ATIS,AMSC,RECORDING
SYSTEM,RADIO LINK,ATC AUTOMATION
· Navigasi
Udara : VOR/DME,NDB,PSR/SSR,MSSR Model A,C
· PKP – PK
: CAT. IX
· Airfield
Lightening PALS CAT. I, PAPI
Fasilitas Bandara
· Power
Supply : PLN, MPS/Genset
· Water
Supply : PDAM
·
Peralatan Mekanikal : Timbangan, Conveyor belt,
Trolley, Garbarata, Escalator, Elevator, AC
·
Keamanan : X-Ray,Walk Through Metal Detector,Hand
Held Metal Detector,Security CCTV,Explosive Detector
· Parkir
Kendaraan
Terminal 1 : 64.129 m² 2.400 Kendaraan
Terminal 2 : 51.330m² 2.700 Kendaraan
· Meteo
tersedia untuk Pengamatan dan Prakiraan
· Tersedia
Bea Cukai, Imigrasi, Karantina
·
Pelayanan Umum : Bank, Telepon Umum, Restaurant
& Kafetaria, Duty Free shop, Drugs Store
· Penunjang Lain : Perkantoran/Administrasi,GD. VIP/VVIP, Airport Maintenance
Building, Aircraft Maintenance
Hanggar, IPAL, GSE, Gd. Operasi, Gedung – gedung lain
Informasi Terminal
Bandara Soekarno Hatta terletak di Cengkareng dan
memiliki 3 terminal yaitu Terminal 1, Terminal 2, dan Terminal 3.
Terminal 1
Terminal 1 adalah terminal untuk penerbangan domestik yang terbagi atas tiga sub terminal yaitu Sub Terminal 1A, Sub Terminal
1B dan Sub Terminal 1C.
· Terminal
1B = Sriwijaya Air, Kartika Airlines, Batavia Air, Express Air
· Terminal
1C = Garuda Citylink, Airfast Indonesia, Loreva Air
Terminal 2
Terminal 2 terbagi atas tiga sub
terminal yaitu Sub Terminal 2D, Sub Terminal 2E dan Sub Terminal 2F. Terminal
2D dan 2E adalah sub terminal khusus untuk penerbangan international, sedangkan
Sub Terminal 2F di gunakan untuk penerbangan domestik Garuda dan Merpati.
Terminal 2D
· Quantast
Airways
· Qatar
Airways
· Value Air
· Phillipine
Airlines
· Thai
Airlines
· China
Airlines
· Cathay
Airlines
· Malaysia
Airlines
· Kuwait
Airlines
· Japan
Airlines
· Yemen
Airlines
· Saudi
Arabia Airlines
· Emirates
Airlines
· China
Southern Airlines
· Lufthansa
Airlines
· Air India
· Eva Air
Terminal 2E
· Lion
Airlines
· Korean
Air
· KLM Royal
Dutch Airlines
· Gulf Air
Terminal 2F
· Garuda
Indonesia
· Merpati
Airlines
Terminal 3
Saat ini baru dibangun Terminal 3 pier 1 yang
diperuntukan bagi penerbangan domestik AirAsia dan
Mandala. Terminal 3 Pier 1 adalah terminal yang bebas rokok.
2. Kualanamu (Medan)
Bandar Udara Internasional
Kualanamu (bahasa
Inggris: Kualanamu International Airport) (IATA: KNO, ICAO: WIMM) adalah sebuah Bandar
Udara Internasional yang melayani Kota Medan,
Sumatra Utara. Bandara ini terletak di Kabupaten Deli Serdang, 23 km arah timur dari pusat kota Medan.[1] Bandara
ini adalah bandara terbesar ketiga di Indonesia (setelah Soekarno– Hatta Jakarta
dan yang baru Bandar Udara Internasional Kertajati Majalengka,
Jawa Barat.[2] Lokasi bandara ini merupakan bekas areal perkebunan PT Perkebunan
Nusantara II Tanjung Morawa yang terletak di Beringin, Deli Serdang, Sumatra
Utara. Pembangunan bandara ini merupakan
bagian dari MP3EI,
untuk menggantikan Bandar Udara Internasional Polonia yang telah berusia lebih dari 85 tahun. Bandara Kualanamu diharapkan
dapat menjadi bandara pangkalan transit internasional untuk kawasan Sumatra
dan sekitarnya. Bandara ini mulai
beroperasi sejak 25
Juli 2013 meskipun
ada fasilitas yang belum sepenuhnya selesai dikerjakan.
Latar belakang pembangunan
Pemindahan bandara ke Kualanamu
telah direncanakan sejak tahun 1992. Dalam kunjungan kerja ke Medan oleh Menteri Perhubungan saat itu, Azwar
Anas, berkata bahwa demi keselamatan
penerbangan, bandara akan dipindah ke luar kota.
Persiapan pembangunan diawali
pada 1
Agustus 1997, namun krisis moneter yang dimulai pada tahun yang sama kemudian memaksa rencana pembangunan
ditunda. Sejak saat itu kabar mengenai bandara ini jarang terdengar lagi,
hingga kecelakaan pesawat Mandala Airlines terjadi pada 5
September 2005. Kecelakaan ini menewaskan Gubernur Sumatra Utara Tengku Rizal Nurdin dan juga
menyebabkan beberapa warga yang tinggal di sekitar wilayah bandara tewas akibat
letak bandara yang terlalu dekat dengan permukiman. Hal ini menyebabkan
munculnya kembali seruan agar bandara udara di Medan segera dipindahkan ke
tempat yang lebih sesuai. Selain itu, kapasitas Polonia yang telah melebihi
batasnya juga merupakan salah satu faktor direncanakannya pemindahan bandara.
Rencana pembangunan selama
bertahun-tahun terhambat masalah pembebasan lahan. Pada 1
Juli 2006, baru
1.650 hektaree lahan yang telah tidak bermasalah, sementara lahan yang dihuni
71 kepala keluarga lainnya masih sedang dinegosiasikan. Pada 1
November 2006 dilaporkan bahwa Angkasa
Pura II telah menyelesaikan seluruh
pembebasan lahan.
Perkembangan
Bagian ini memerlukan pengembangan. Anda dapat
membantu dengan mengembangkannya.
Pada 1 November
2011, bandara ini telah 70% selesai dan
direncanakan selesai 100% pada tahun akhir 2012 yang termasuk jalan raya
nontol, jalur kereta api & jalan raya tol yang akan dibangun setelahnya.
Pada awal tahun 2013,
perkembangannya telah mencapai 95%. Pada 10 Januari 2013,
bandara ini melakukan percobaan sistem navigasi dan teknis. Bandara ini dibuka
pada 25 Juli 2013.[5]
Pada 27
Maret 2014, bandara
ini diresmikan operasionalnya oleh Presiden Republik Indonesia Susilo Bambang Yudhoyono bersamaan dengan peresmian pembangunan beberapa bandara di Pulau
Sumatra.
Fasilitas dan infrastruktur
Bagian ini memerlukan pengembangan. Anda dapat
membantu dengan mengembangkannya.
Interior ruang tunggu Bandara Kualanamu
Tahap I bandara dapat menampung
8,1 juta-penumpang dan 10.000 pergerakan pesawat per tahun,[7] sementara
setelah selesainya tahap II bandara ini rencananya akan menampung 25 juta
penumpang per tahun. Luas
terminal penumpang yang akan dibangun adalah sekitar 6,5 hektaree dengan
fasilitas area komersial seluas 3,5 hektaree & fasilitas kargo seluas 1,3
hektaree. Bandara Internasional Kualanamu memiliki panjang landas
pacu 3,75 km yang cocok untuk didarati
pesawat sebesar Boeing
777 & mempunyai 8 garbarata.
Walaupun fasilitasnya belum terpasang, bandara ini sanggup didarati oleh
pesawat penumpang Airbus
A380, Antonov An-225, dan Boeing
747-8. Bandara ini juga adalah bandara
keempat di Indonesia yang bisa didarati Airbus A380 selain Surabaya, Jakarta, dan Batam.
Maskapai penerbangan
Terminal penumpang
Maskapai
Tujuan
Maskapai
|
Tujuan
|
|
Musiman: Kolombo
|
||
Terminal kargo
Maskapai Tujuan
Transportasi darat
Kereta api
Artikel utama: Kereta api Airport Railink Services
Pembangunan Tahap I disertai pula
oleh pembangunan jalur kereta
api dari Stasiun
Araskabu di kecamatan Beringin ke bandara yang berjarak sekitar 450 meter. Stasiun Araskabu sendiri
terhubung ke Stasiun
Medan dengan jarak 22,96 kilometer.
Jarak tempuh dari Medan hingga
Kuala
Namu berkisar 30-47 menit (kereta
menuju bandara diprioritaskan dalam penggunaan rel tunggal Medan-Kualanamu).
Stasiun di bandara sudah selesai dan telah dioperasikan sejak 25 Juli 2013.
Harga tiket kereta api Kualanamu-Medan PP adalah Rp80.000.00. Frekuensi
perjalanan terus ditingkatkan, dari awalnya 13 kali per arah pada awal
pengoperasian, meningkat menjadi 17-18 perjalanan, dan mulai Mei 2014, 20 kali
per arah. Pada awalnya kereta api yang dipakai adalah KRDE buatan INKA, lalu pada November 2013 kereta baru dari Korea
Selatan yang dilengkapi Wi-Fi mulai
digunakan menggantikan KRDE INKA. Layanan kereta api ini dioperasikan oleh PT
Railink yang merupakan perusahaan patungan PT Angkasa Pura II dan PT Kereta Api Indonesia. Kereta api ini merupakan kereta api bandara pertama di Indonesia.
Bus
Bandara ini terhubung melalui
angkutan bus dengan kota Medan, Binjai, Pematangsiantar, Kabanjahe,
dan Gunung
Sitoli.
Bandara ini juga menghubungkan dengan Jalan Raya
Sultan Serdang untuk ke Medan dan Jalan Bakaran Batu ke Deli Serdang.
Insiden
· Pada 18 Mei 2013, sebuah pesawat Boeing 737-400 Malaysia
Airlines yang seharusnya mendarat di Bandar Udara Internasional Polonia, nyaris mendarat di Bandar Udara Internasional Kualanamu. Pesawat ini
belum sempat mendarat akan tetapi roda pesawat sudah dikeluarkan. Begitu pilot
sadar bahwa bandaranya salah ia
langsung menerbangkan pesawat kembali. Pesawat ini mendarat di Bandar Udara Internasional Polonia dengan selamat.
· Pada tanggal 24 April 2015 Pesawat Lion Air Boeing
737-900ER nomor penerbangan JT 303 dengan
kode registrasi PK-LFT tujuan Jakarta
gagal terbang diakibatkan mesin
pesawat meledak dan berasap. Penumpang lansung dievakuasi melalui pintu
darurat. Tiga orang dilaporkan patah tulang akibat melompat dari pintu darurat
bagian tengah dan langsung dilarikan ke rumah sakit terdekat. Penumpang diganti
pesawat lain dengan nomor penerbangan yang sama pada pukul 16.30.
· Pada 3 Agustus 2017, terjadi kecelakaan senggolan sayap antara pesawat Lion
Air Boeing 737-900ER nomor penerbangan JT 197 dengan kode registrasi PK-LJZ dari Bandar Udara Internasional Sultan Iskandar Muda, Banda
Aceh dengan pesawat Wings Air
ATR 72-500 dengan
nomor penerbangan IW 1252 dengan kode registrasi PK-WFF menuju Bandar Udara Cut Nyak Dhien, Kabupaten Meulaboh, Aceh. Pesawat Lion
Air berusaha menghindar ke kanan
runway, tetapi karena jarak terlalu dekat dan terbatasnya ruang di runway
akhirnya terjadilah tabrakan antar sayap tersebut. Akibatnya,bagian sayap kedua
pesawat ini mengalami kerusakan. Aktivitas penerbangan sempat ditutup selama 20
menit.
3.BANDAR UDARA SWASTA
1. Mutiara (Palu)
PLW, ICAO: WAFF),
sebelumnya Bandar Udara Masovu, adalah bandar udara yang
terletak di Jl. Abd. Rahman Saleh, Palu Selatan, Kota
Palu, Sulawesi Tengah, Indonesia.[1][2]
Nama
Nama ini diberikan oleh Presiden Soekarno
ketika berkunjung ke Palu pada 10
Oktober 1957, sebagai
bentuk keprihatinan. Soekarno saat itu menanyakan nama lapangan terbang ini
kepada Bupati Rajawali Pusadan. Ketika itu, lapangan terbang ini bernama Masovu
yang artinya "Tanah berdebu".
Menurut Soekarno, Palu merupakan salah satu kota rangkaian mutiara khatulistiwa.
"Saya lihat dari atas tadi
sebelum turun, Palu terlihat indah penuh pernik. Olehnya saya namakan
Mutiara."[3]
Rencananya nama bandara ini akan
diganti setelah selesai dipugar dari bandara yang yang hanya menerima
penerbangan domestik menjadi bandara internasional. Nama bandara ini diusulkan
untuk diganti menjadi Bandara Mutiara SIS Al-Jufrie untuk menghormati pahlawan
nasional asal Sulawesi Tengah, Sayyid Idrus bin Salim Al-Jufrie.
Fasilitas
Bandar udara ini berada di
ketinggian 86 meter (282 ft) di atas permukaan laut, memiliki dua landas
pacu permukaan beraspal dan beton
nomor designasi 15R/33L berukuran 2.500 x 45 meter dan 15L/33R berukuran 3.450
x 60 merer. Landasan pacu ini bisa di darati pesawat jet berbadan lebar.[1][4]
Pemerintah Sulawesi Tengah,
sedang merombak bandar udara ini menjadi Bandar Udara internasional
mengingat tingginya minat
penduduk Sulawesi Tengah terhadap transportasi udara.
Maskapai penerbangan dan tujuan
Maskapai
Tujuan
Maskapai
Tujuan
Komentar
Posting Komentar