KARAKTERISTIK BANDAR UDARA DI INDONESIA
KARAKTERISTIK
BANDAR UDARA YANG ADA DI INDONESIA
Bandar udara di bawah naungan
Angkasa Pura I
1. Bandar Udara Internasional Adi Soemarmo
Bandara ini dulu bernama Pangkalan Udara (Lanud) Panasan,
karena terletak di kawasan Panasan. Bandara ini dulu bernama Pangkalan Udara
(Lanud) Panasan yang dibangun pertama kali pada tahun 1940 oleh Pemerintah
Belanda
sebagai lapangan terbang darurat. Ketika bala tentara Jepang masuk ke Indonesia bandara tersebut sempat dihancurkan
oleh Belanda namun dibangun lagi oleh Pemerintah
Jepang
sejak pada tahun 1942 sebagai basis militer penerbangan angkatan laut (Kaigun
Bokusha). Setelah Proklamasi Kemerdekaan Republik Indonesia penyelenggaraan bandara
dilaksanakan oleh “Penerbangan Surakarta” yang diresmikan pada tanggal 6
Februari 1946.
Pada
tanggal 1 Mei 1946, Penerbangan Surakarta sejak berubah menjadi “Pangkalan
Udara Panasan” yang hanya diperuntukkan penerbangan militer. Pangkalan udara
tersebut pertama kali digunakan secara resmi untuk penerbangan komersial pada
tanggal 23 April 1974 yang dilayani oleh Garuda Indonesia dengan rute Jakarta-Kemayoran-Solo & Solo-Jakarta-Kemayoran dengan frekuensi 3-kali seminggu.
Pada
tanggal 25 Juli 1977, “Pangkalan Udara Panasan” berubah nama menjadi “Pangkalan
Udara Utama Adi Sumarmo” yang diambil dari nama Adisumarmo Wiryokusumo (adik dari Agustinus Adisucipto). Pada tanggal 31 Maret 1989, Bandara ini ditetapkan
menjadi Bandara Internasional dengan melayani penerbangan rute Solo-Kuala Lumpur & Solo-Singapore. Pada tanggal 1 Januari 1992, Bandara Adi Sumarmo
dikelola oleh Perusahaan Umum
Angkasa Pura I
yang pada tanggal 1 Januari 1993 berubah status menjadi Persero Terbatas
Angkasa Pura I
sampai dengan sekarang.
Bandara Adi
Sumarmo terletak di kota Solo, Jawa Tengah, yang mempunyai luas sekitar 56
hektar. Nama bandara ini diambil dari nama perintis TNI AU, Adi Soemarmo, yang
gugur pada tahun 1947.
Terminal:
· Domestik
Luas: 443,75 m²
Kapasitas penumpang: 119.000/tahun
· Internasional
Luas: 368,75 m²
Kapasitas penumpang: 86.000/tahun
Untuk
bangunan ATC (Air Traffic Control) sendiri
merupakan pengatur lalu lintas udara sejak sebelum pesawat take off sampai
dengan pesawat tersebut sampai ke tujuan. Menurut keterangan yang diberikan
oleh Kapten Kamija sebagai Kadiv Ops. LLU Bandar Udara Adi Sumarmo, menyebutkan
bahwa peranan ATC yang terkait dangan
pengoperasian bandar udara ada 3 (tiga) yaitu:
·
Peran
Air Traffic Control (ATC) dalam memberikan informasi dan instruksi (clearance)
kepada pesawat.
Dalam hal ini kepada pilot/penerbang dan awak pesawat dalam arti pesawat
tersebut sebelum melakukan penerbangan dan masih berada di bandar udara harus
sudah memperoleh informasi yang benar, jelas dan lengkap sepanjang daerah
Run-way yaitu suatu daerah empat persegi panjang di atas lapangan udara darat
yang dipersiapkan untuk tinggal landas/mendarat, sampai dengan Taxi-way yaitu
suatu jalan tertentu di atas lapangan terbang darat yang dipilih dan
dipersiapkan untuk pesawat terbang.
·
Peran
Air Traffic Control (ATC) dalam menanggulangi jam sibuk di bandar udara.
Yaitu dengan
cara mengatur jadwal penerbangan. Jam sibuk bandar udara sangat erat kaitannya
dengan arus penumpang baik domestik maupun internasional. Penerbangan berjadwal
atau borongan, pesiar/turis/bisnis membayar perusahaan dengan tarif khusus, di
samping arus barang dan kargo.
·
Peranan
Air Traffic Control (ATC) dalam pengendalian kebisingan di bandar udara
Masalah
pengendalian kebisingan ini merupakan masalah global dan internasional, dimana
bandar udara sebagai tempat datang dan berangkatnya pesawat udara terhadap
lingkungan adalah sumber kebisingan.
Namun bila diperhatikan lebih jauh, maka sumber kebisingan yang menonjol di
suatu bandar udara adalah karena mesin pesawat udara dan gerakan udara pada
permukaan-permukaan pesawat udara ketika pesawat udara tinggal landas dan akan
mendarat.
Untuk ketersediaan BBM di bandara Adi Soemarmo
menurut Unit Manager Communication
& CSR Pertamina MOR IV, Andar Titi Lestari, Kota Solo menjadi salah satu
embarkasi haji utama di Pulau Jawa.
“Sarana Fasilitas di Depot Pengisian Pesawat Udara (DPPU)
Adi Soemarmo telah sangat siap melayani penerbangan haji. Didukung suplai avtur
dari Terminal BBM Rewulu, DPPU Adi Soemarmo memiliki kapasitas tangki sebesar
900 KL didukung dengan tambahan 5 (lima) unit Refueller masing-masing 25 KL
sehingga total keseluruhan ketahanan stok sebanyak 1.025 KL,” paparnya.
Andar menambahkan, DPPU Adi Soemarmo juga akan menambah jam
operasional menjadi 24 jam selama penerbangan haji berlangsung. Dengan
menggunakan pesawat berbadan besar tipe A330 yang akan dioperasikan oleh
maskapai Garuda Indonesia dan Wamos Air, diperkirakan sebanyak 34.000 jamaah
akan diberangkatkan dari bandara Adi Sumarmo.
Untuk
fasilitas umum yang ada di bandara Adi Soemarmo meliputi beberapa macam
diantaranya :
Fasilitas di lantai
1
Fasilitas di lantai 2 dan lantai 3
·
Garbarata
untuk memudahkan penumpang naik maupun turun dari pesawaat
·
Transportasi
yang tersedia di bandara Adi Soemarmo
a. Bus
Bus
|
Tujuan
|
Tarif
|
Damri
|
Terminal Tirtonadi
|
Rp20.000,00
|
Batik Solo Trans (BST)
|
Koridor 1 (Bandara - Palur)
|
Rp20.000,00
|
b. Taksi
Bandara
c. Kereta
Bandara
Bandar
Udara Internasional Juanda (BUIJ) (bahasa Inggris: Juanda
International Airport)
(IATA: SUB, ICAO: WARR),
adalah bandar udara internasional
yang terletak di Kecamatan Sedati, Kabupaten Sidoarjo,
20 km sebelah selatan Surabaya. Bandara Internasional Juanda
dioperasikan oleh PT Angkasa Pura I.
Namanya diambil dari Ir. Djuanda
Kartawidjaja, Wakil Perdana
Menteri (Waperdam) terakhir Indonesia yang telah menyarankan
pembangunan bandara ini. Bandara
Internasional Juanda adalah bandara tersibuk kedua di Indonesia setelah Bandara
Internasional Soekarno-Hatta berdasarkan pergerakan pesawat dan
penumpang. Bandara ini melayani rute penerbangan dari dan tujuan Surabaya dan wilayah Gerbangkertosusila.
Bandara ini memiliki panjang landasan 3000 meter dengan luas
terminal sebesar 51.500 m², atau sekitar dua kali lipat dibanding terminal lama
yang hanya 28.088 m². Bandara baru ini juga dilengkapi dengan fasilitas lahan
parkir seluas 28.900 m² yang mampu menampung lebih dari 3.000 kendaraan.
Bandara ini diperkirakan mampu menampung 13 juta hingga 16 juta penumpang per
tahun dan 120.000 ton kargo/tahun.
Sejarah
Rencana untuk membangun satu
pangkalan udara baru yang bertaraf internasional sebenarnya sudah digagas sejak
berdirinya Biro Penerbangan Angkatan Laut RI pada tahun 1956.
Namun demikian, pada akhirnya agenda politik pula yang menjadi factor penentu realisasi program tersebut.
Salah satu agenda politik itu adalah perjuangan pembebasan Irian Barat. Berangkat dari tujuan membantu
operasi TNI dalam pembebasan Irian
Barat, pemerintah menyetujui pembangunan pangkalan udara baru di
sekitar Surabaya. Saat itu terdapat beberapa pilihan lokasi, antara lain: Gresik, Bangil (Pasuruan) dan Sedati (Sidoarjo).
Setelah dilakukan survei, akhirnya pilihan jatuh pada Kecamatan Sedati,
Sidoarjo. Tempat ini dipilih karena selain dekat dengan Surabaya, areal
tersebut memiliki tanah yang sangat luas dan datar, sehingga sangat
memungkinkan untuk dibangun pangkalan udara yang besar dan dapat diperluas lagi
di kemudian hari.
Proyek pembangunan yang berikutnya
disebut sebagai “Proyek Waru” tersebut merupakan proyek pembangunan
lapangan terbang pertama sejak Indonesia merdeka. Proyek ini bertujuan
menggantikan pangkalan udara yang tersedia di Surabaya adalah landasan udara
peninggalan Belanda di Morokrembangan dekat Pelabuhan
Tanjung Perak, yang sudah berada di tengah permukiman yang padat dan
sulit dikembangkan. Pelaksanaan proyek Waru, melibatkan tiga pihak utama,
yaitu: Tim Pengawas Proyek Waru (TPPW) sebagai wakil pemerintah
Indonesia, Compagnie d’Ingenieurs et Techniciens (CITE) sebagai
konsultan, dan Societe de Construction des Batinolles (Batignolles)
sebagai kontraktor. Kedua perusahaan asing terakhir, merupakan perusahaan
asal Perancis. Dalam kontrak yang melibatkan
tiga pihak tersebut, ditentukan bahwa proyek harus selesai dalam waktu empat
tahun (1960-1964).
Untuk membangun pangkalan udara
dengan landasan pacu yang besar (panjang 3000 meter dan lebar 45 meter) ini
membutuhkan pembebasan lahan yang luas keseluruhannya mencapai sekitar
2400 hektar. Lahan tersebut tidak hanya
berbentuk tanah, tetapi juga sawah dan rawa. Selain itu juga dibutuhkan pasir
dan batu dalam jumlah yang besar. Pasirnya digali dari Kali Porong dan batunya diambil dari
salah satu sisi Bukit Pandaan yang,
kemudian diangkut dengan ratusan truk proyek menuju Waru. Jumlah pasir dan batu
yang diperlukan sekitar 1.1200.000 meter kubik atau 1.800.000 ton. Konon Jumlah
pasir sebanyak itu bisa digunakan untuk memperbaiki jalan Jakarta-Surabaya sepanjang 793 Km dengan lebar
5 m dan kedalaman 30 cm. Sedangkan jarak tempuh seluruh truk proyek, bila
digabungkan adalah sekitar 25 juta Km atau 600 kali keliling bumi.
Dengan kegiatan proyek yang
berlangsung siang-malam dan dukungan kerjasama dari berbagai pihak (Pemerintah
Kota Surabaya, Komando Resor Militer (Korem) Surabaya, Otoritas Pelabuhan dan
masyarakat pada umumnya), akhirnya proyek tersebut dapat diselesaikan lebih
cepat dari waktu yang ditentukan. Pada tanggal 22 September 1963,
berarti tujuh bulan lebih cepat, landasan tersebut sudah siap untuk digunakan.
Sehari kemudian satu sortie penerbangan, yang terdiri empat pesawat Fairey
Gannet ALRI, di bawah pimpinan Mayor AL
(Pnb) Kunto Wibisono melakukan uji coba pendaratan untuk pertama kalinya.
Di tengah proses pembangunan bandara
ini, sempat terjadi krisis masalah keuangan. Ketika itu bahkan pihak Batignolles sempat
mengancam untuk hengkang. Penanganan masalah ini pun sampai ke Presiden Sukarno. Dan Presiden Sukarno
kemudian memberikan mandat kepada Waperdam I Ir. Djuanda untuk mengatasi
masalah ini hingga proyek ini selesai. Pada tanggal 15 Oktober 1963,
Ir. Djuanda mendarat di landasan ini dengan menumpangi Convair 990 untuk melakukan koordinasi
pelaksanaan proyek pembangunan. Tidak lama setelah itu, pada tanggal 7 November 1963 Ir.
Djuanda wafat. Karena dianggap sangat berjasa atas selesainya proyek tersebut
dan untuk mengenang jasa-jasa dia, maka pangkalan udara baru tersebut diberi
nama Pangkalan Udara Angkatan Laut (LANUDAL) Djuanda dan
secara resmi dibuka oleh Presiden Sukarno pada tanggal 12 Agustus 1964.
Selanjutnya pangkalan udara ini digunakan sebagai pangkalan induk (home base)
skuadron pesawat pembom Ilyushin IL-28 dan Fairey Gannet milik Dinas Penerbangan
ALRI.
Dalam perkembangannya muncul
keinginan maskapai Garuda
Indonesia Airways (GIA) untuk mengalihkan operasi pesawatnya
(Convair 240, Convair 340 dan Convair 440) dari lapangan terbang Morokrembangan
yang kurang memadai ke Djuanda. Namun, karena dalam pembangunannya tidak
direncanakan untuk penerbangan sipil, Lanudal Djuanda tidak memiliki fasilitas
untuk menampung penerbangan sipil sehingga kemudian otoritas pangkalan saat itu
berinisiatif merenovasi gudang bekas Batignolles untuk
dijadikan terminal sementara. Dan jadilah Lanudal Djuanda melayani penerbangan
sipil yang pengelolaannya sejak 7 Desember 1981 dilakukan
oleh Direktorat Jenderal Perhubungan Udara Departemen
Perhubungan RI. Pada 1 Januari 1985,
pengelolaan bandara komersial ini dialihkan kepada Perum Angkasa Pura I berdasarkan
Peraturan Pemerintah Nomor 30 tahun 1984. Seiring waktu berjalan, frekuensi
penerbangan sipil disana pun bertambah. Hingga akhirnya dibangun terminal
khusus untuk melayani penerbangan sipil dan melayani juga penerbangan
internasional. Pada 24 Desember 1990,
Bandara Juanda ditetapkan sebagai bandara internasional dengan peresmian
terminal penerbangan internasional.
Denah terminal
1
Terminal 1
Terminal 1 Bandara Juanda dibuka
pada tahun 2006. Terminal ini terletak di sebelah
utara landasan pacu. Terminal ini terbagi menjadi terminal 1A dan 1B. Terminal
1A untuk keberangkatan Citilink, Batik Air, Airfast Indonesia, dan untuk
keberangkatan Umroh. Terminal 1B untuk
keberangkatan Lion Air, Wings Air, Sriwijaya Air, NAM Air, Kalstar, Trigana Air, Susi Air, dan Travira Air. Beberapa tahun kemudian,
semakin banyak rute penerbangan dari dan ke Surabaya. Baik domestik, maupun
internasional. Hal ini membuat terminal ini menjadi overload. Kapasitas
sebenarnya hanya 6 juta penumpang/tahun. Namun pada tahun 2013,
jumlah penumpang yang berangkat dan datang menjadi 17 juta penumpang/tahun.
Akhirnya pemerintah memutuskan membangun terminal 2 yang berada di terminal
lama bandara juanda. Terminal lama dibongkar dan dibangun terminal 2.
Denah terminal 2
Terminal 2
Juanda. Terminal lama dibongkar dan
dibangun terminal 2. Terminal ini dibangun untuk mengurangi kepadatan penumpang
di terminal 1 yang sudah overload. Terminal ini dipakai untuk keberangkatan
Domestik Garuda Indonesia,
dan Indonesia AirAsia,
dan keberangkatan Internasional Garuda Indonesia, Indonesia AirAsia, Indonesia AirAsia X, Lion Air, AirAsia, Jetstar, Singapore Airlines, Silk Air, Cathay Pacific, China Airlines, dan lain-lain. Setelah
tertunda beberapa bulan, terminal ini dijadwalkan beroperasi tanggal 14 Februari 2014.
Namun karena abu letusan Gunung Kelud, terminal ini ditunda operasinya hingga
beberapa hari. Terminal ini akan menampung 6 juta penumpang/tahun.
Terminal 3
Terminal 3 mulai dibangun sejak awal
tahun 2015. Terminal ini terletak di sebelah
timur Terminal 1 Juanda. Terminal ini dibangun demi mengurangi kepadatan
penumpang di terminal 1 dan 2 yang sudah overload. Rencananya, terminal ini
akan beroperasi pada tahun 2018. Terminal ini
memiliki landasan pacu tersendiri, berbeda dengan Terminal 1 dan 2 yang hanya
memiliki sebuah landasan pacu. Terminal ini berkonsep Airport City dan
dilengkapi pusat perbelanjaan, kereta monorel, dan akses bawah tanah ke
terminal 1 dan 2 serta Jalan Tol Waru-Juanda
Transportasi Darat
·
Jalan
Raya dan Toll
Bandara Juanda terkoneksi
dengan Jalan Tol
Waru-Juanda menuju ke Surabaya sepanjang 15 km, yang
menghubungkan Juanda dengan sistem jalam toll Surabaya-Gresik, Surabaya-Malang
dan Surabaya-Mojokerto.
Bandara ini juga dihubungkan dengan
Jalan Raya Waru untuk ke Surabaya dan Jalan
Letjen S. Parman ke Sidoarjo.
·
Bus
Bus DAMRI disediakan oleh pemerintah
setempat untuk mengantarkan penumpang dengan Terminal Purabaya ke Surabaya yang
dimulai sejak bulan November 2006.
·
Taksi
Taksi Primkopal Juanda memberlakukan
tarif tetap ke berbagai macam tujuan di kota Surabaya dan daerah sekitarnya
termasuk Malang, Blitar, Jember, Tulungagung. Berbeda dengan bandara lainnya di
Indonesia. Tiket taksi dapat dibeli di loket yang terletak di pintu keluar
bandara
·
Kereta
Monorel
Kereta Monorel akan dibangun dan
diresmikan bersamaan dengan terminal 3 dan 4. Panjang relnya sekitar 20 km.
Nantinya, akan memiliki 29 halte yang jarak tiap haltenya antara 1,5 km hingga
2 km. Monorel ini juga memiliki 2 gerbong yang berkapasitas 200 orang.
·
Sewa
Mobil
Terdapat penyewaan mobil beserta
supir dengan harga relatif terjangkau, dan merupakan transportasi alternatif
bila ingin berkeliling Surabaya maupun ke kota terdekat seperti Malang.
Kios-Kios penyewaan yang telah disertifikasi terdapat di bagian pengambilan
bagasi. Berhati-hati bila ditawarkan penyewaan harga miring oleh orang-orang
diluar terminal, karena sering terjadi kasus diturunkan ditengah jalan maupun
penculikan.
Selain itu
terdapat beberapa agen travel dari berbagai penjuru kota jawa timur diantaranya
dari kota Surabaya, Malang, Jember, Madiun dan kota lainnya.
3. Bandar Udara Internasional Jenderal Ahmad Yani
Bandar Udara Internasional Ahmad
Yani
(bahasa Inggris: Ahmad Yani International Airport) (IATA: SRG, ICAO: WAHS), adalah sebuah bandar udara yang
terletak di Kota Semarang, Jawa Tengah, Indonesia. Nama
bandara ini diambil dari salah satu nama pahlawan revolusi Indonesia, Achmad Yani. Peresmian menjadi bandara internasional
berlangsung dalam penerbangan perdana Garuda Indonesia
ke Singapura bulan Maret
2004.
Pada awalnya Bandara Achmad Yani adalah pangkalan udara TNI Angkatan Darat, dahulu lebih dikenal
dengan Pangkalan Udara Angkatan Darat Kalibanteng.
Berdasarkan Surat Keputusan Bersama Panglima Angkatan Udara, Menteri
Perhubungan dan Menteri Angkatan darat tanggal 31 Agustus 1966, maka Pangkalan
Udara AD diubah statusnya menjadi Pangkalan Udara Bersama Kalibanteng Semarang.
Namun karena peningkatan frekuensi penerbangan sipil, maka pada tanggal 1
Oktober 1995, Bandar Udara Achmad Yani Semarang menjadi salah satu Bandar Udara
di bawah PT Angkasa Pura.
Bandara Achmad Yani berubah menjadi bandara internasional
pada tahun 2004 setelah Garuda Indonesia
membuka rute Semarang-Singapura. Sekarang, Bandara Internasional
Achmad Yani memiliki satu terminal di sebelah selatan landasan pacu, dengan
satu pintu masuk dan keberangkatan masing-masing untuk penerbangan domestik dan
internasional. Terminal ini memiliki luas 2.657 m2 dan kapasitas dalam negeri
180 penumpang. Fasilitasnya meliputi toko cinderamata, gerai makanan, bank,
money changer, hotel dan travel booking, layanan taksi dan penyewaan mobil.
Bandara ini juga memiliki landasan 2.560 x 45 meter.
Statistik
(2018)
|
||||||||||
|
||||||||||
Statistik
(2018)
|
||||||||||
|
Pemerintah
Provinsi Jawa Tengah memulai proyek ini pada tahun 2005.
Bandar Udara Internasional Achmad Yani nantinya akan memiliki fasilitas berikut
ini:
a.
Perpanjangan
landasan — Landasan sepanjang 3.260 m yang mampu menampung Airbus A330, Boeing 747, Boeing
777, dan Boeing 787 yang baru-baru ini diresmikan
oleh Gubernur Jawa Tengah.
b.
Terminal baru
yang lebih besar — Terminal baru ini akan dibangun di sebelah utara runway,
seluas 27.500 m2 yang akan mampu menampung 3.000.000 penumpang. Dan
juga akan dilengkapi dengan 25 counter check-in dan 3 garbarata.
c.
Apron seluas
61.344 m2 yang mampu menampung 10 pesawat berbadan lebar. Perluasan
ini dijadwalkan selesai bulan Juli 2013.
d.
Pembangunan akses
jalan tol seperti Jalan Tol Bandara Achmad Yani dari Kaliwungu, Kendal & Mangkang,
Semarang terhubung dengan Tol
Semarang-Batang dengan panjang 14 km.
Denah
Bandar Udara Jenderal Ahmad Yani
Denah Terminal Internasional
Denah Terminal Domestik
Transportasi publik
Bus Rapid Trans (BRT)
·
Koridor I : Terminal Mangkang - Pemuda - Terminal Penggaron
·
Koridor II : Terminal Sisemut - Pemuda - Terminal Terboyo
·
Koridor III
: Pelabuhan Tanjung Emas - Akpol - Elizabeth
·
Koridor IV : Terminal Cangkiran - Imam Bonjol Udinus - Stasiun Tawang
·
Koridor V : Meteseh - Simpang Lima - Bandara Jenderal
Ahmad Yani - PRPP
·
Koridor Bandara : Bandara Jenderal Ahmad Yani -
Simpang Lima
·
Koridor VI : Undip Tembalang - Elizabeth - Unnes Sekaran
·
Koridor VII : Terminal Terboyo - Woltermonginsidi - Soekarno Hatta – Pemuda
Taksi
JAM
OPERASIONAL
|
LOKASI
COUNTER TAKSI
|
ZONA
(TARIF/ARGO)
|
06.00 - 24.00 WIB
|
Selasar pick up zone Terminal
Baru Bandara Ahmad Yani
|
Mulai dari Rp 35.000,-
|
Karakteristik ATC
Air Traffic Controller (ATC) adalah penyedia layanan yang mengatur
lalu-lintas di udara terutama pesawat terbang untuk mencegah pesawat terlalu
dekat satu sama lain dan tabrakan. ATC merupakan pengatur lalu lintas udara
yang tugas utamanya mencegah pesawat terlalu dekat satu sama lain dan menghindarkan
dari tabrakan (making separation).
Selain tugas separation, ATC juga bertugas mengatur kelancaran arus traffic (traffic flow), membantu pilot dalam
menghandle emergency/darurat, dan
memberikan informasi yang dibutuhkan pilot (weather
information atau informasi cuaca, traffic
information, navigation information, dll). Selain tugas-tugas ATC yang mempunyai
tanggung jawab yang besar, ATC juga mempunyai batas kendali, yaitu kendali
darat dan kendali udara.
Wilayah kendali
darat mencakup seluruh pergerakan di dalam airside
Airport. Pengendalian dalam wilayah udara mencakup arrivals, instrument approach, visual approach, take off, landing, dan
transisi kontrol dari sebuah aerodrome ke
aerodrome lain. Selain wilayah
kendali yang begitu luas, ATC juga dituntut untuk dapat menjalankan peraturan
yang disediakan sesuai dengan tujuan pelayanan lalu-lintas udara.
Fasilitas
bandara
Toilet
Tahukah
kalian bahwa sebentar lagi Bandara Ahmad Yani Semarang akan pindah ke Terminal
Baru yang berada di sebelah utara?
Bandara Ahmad Yani Semarang yang sebelumnya hanya memiliki 9 titik toilet umum dan 2 titik toilet difabel, di terminal baru nanti telah disediakan 11 titik toilet umum dan 11 titik toilet difabel. Luasan toilet di terminal baru pun lebih besar jika dibandingkan dengan toilet di bandara lama.
Bandara Ahmad Yani Semarang yang sebelumnya hanya memiliki 9 titik toilet umum dan 2 titik toilet difabel, di terminal baru nanti telah disediakan 11 titik toilet umum dan 11 titik toilet difabel. Luasan toilet di terminal baru pun lebih besar jika dibandingkan dengan toilet di bandara lama.
Garbarata
Tahukah
kalian bahwa sebentar lagi Bandara Ahmad Yani Semarang akan pindah ke Terminal
Baru yang berada di sebelah utara?
Terminal Baru Bandara Ahmad Yani Semarang memiliki fasilitas yang sebelumnya tidak tersedia di bandara lama, salah satunya garbarata. Garbarata adalah jembatan berdinding dan beratap yang menghubungkan ruang tunggu penumpang ke pintu pesawat.
Terminal Baru Bandara Ahmad Yani Semarang memiliki fasilitas yang sebelumnya tidak tersedia di bandara lama, salah satunya garbarata. Garbarata adalah jembatan berdinding dan beratap yang menghubungkan ruang tunggu penumpang ke pintu pesawat.
Bagasi
Tahukah
kalian bahwa sebentar lagi Bandara Ahmad Yani Semarang akan pindah ke Terminal
Baru yang berada di sebelah utara?
Terminal Baru Bandara Ahmad Yani Semarang memiliki fasilitas yang sebelumnya tidak tersedia di bandara lama, salah satunya garbarata. Garbarata adalah jembatan berdinding dan beratap yang menghubungkan ruang tunggu penumpang ke pintu pesawat.
Terminal Baru Bandara Ahmad Yani Semarang memiliki fasilitas yang sebelumnya tidak tersedia di bandara lama, salah satunya garbarata. Garbarata adalah jembatan berdinding dan beratap yang menghubungkan ruang tunggu penumpang ke pintu pesawat.
Area
komersial
Tahukah
kalian bahwa sebentar lagi Bandara Ahmad Yani Semarang akan pindah ke Terminal
Baru yang berada di sebelah utara?
Bandara Ahmad Yani Semarang bekerjasama dengan para mitra usaha dan mitra kerja untuk meningkatkan kepuasan pelanggan. Oleh karena itu area komersial di Terminal Baru Bandara Ahmad Yani Semarang didesain lebih modern. Gambar diatas merupakan area yang nantinya direncanakan menjadi area komersial
Bandara Ahmad Yani Semarang bekerjasama dengan para mitra usaha dan mitra kerja untuk meningkatkan kepuasan pelanggan. Oleh karena itu area komersial di Terminal Baru Bandara Ahmad Yani Semarang didesain lebih modern. Gambar diatas merupakan area yang nantinya direncanakan menjadi area komersial
Exibition
Tahukah
kalian bahwa sebentar lagi Bandara Ahmad Yani Semarang akan pindah ke Terminal
Baru yang berada di sebelah utara?
Bandara Ahmad Yani yang sebelumnya hanya dapat menampung 800.000 penumpang setiap tahunnya, di terminal baru nanti dapat menampung sebanyak 6 - 7 juta penumpang pertahun. Bagaimana pendapat kalian tentang penamilan baru dari Bandara Ahmad Yani?
Bandara Ahmad Yani yang sebelumnya hanya dapat menampung 800.000 penumpang setiap tahunnya, di terminal baru nanti dapat menampung sebanyak 6 - 7 juta penumpang pertahun. Bagaimana pendapat kalian tentang penamilan baru dari Bandara Ahmad Yani?
Area
keberangkatan
Tahukah
kalian bahwa sebentar lagi Bandara Ahmad Yani Semarang akan pindah ke Terminal
Baru yang berada di sebelah utara?
Terminal Baru Bandara Ahmad Yani Semarang dibangun elegan dengan konsep ‘diatas air’. Gambar diatas merupakan penampakan dari departure area atau yang biasa dikenal dengan area keberangkatan.
Terminal Baru Bandara Ahmad Yani Semarang dibangun elegan dengan konsep ‘diatas air’. Gambar diatas merupakan penampakan dari departure area atau yang biasa dikenal dengan area keberangkatan.
Komentar
Posting Komentar