KARAKTERISTIK BANDAR UDARA DI INDONESIA



KARAKTERISTIK BANDAR UDARA YANG ADA DI INDONESIA
  



Bandar udara di bawah naungan Angkasa Pura I


1.   Bandar Udara Internasional Adi Soemarmo

Bandara ini dulu bernama Pangkalan Udara (Lanud) Panasan, karena terletak di kawasan Panasan. Bandara ini dulu bernama Pangkalan Udara (Lanud) Panasan yang dibangun pertama kali pada tahun 1940 oleh Pemerintah Belanda sebagai lapangan terbang darurat.  Ketika bala tentara Jepang masuk ke Indonesia bandara tersebut sempat dihancurkan oleh Belanda namun dibangun lagi oleh Pemerintah Jepang sejak pada tahun 1942 sebagai basis militer penerbangan angkatan laut (Kaigun Bokusha). Setelah Proklamasi Kemerdekaan Republik Indonesia penyelenggaraan bandara dilaksanakan oleh “Penerbangan Surakarta” yang diresmikan pada tanggal 6 Februari 1946. 


Pada tanggal 1 Mei 1946, Penerbangan Surakarta sejak berubah menjadi “Pangkalan Udara Panasan” yang hanya diperuntukkan penerbangan militer. Pangkalan udara tersebut pertama kali digunakan secara resmi untuk penerbangan komersial pada tanggal 23 April 1974 yang dilayani oleh Garuda Indonesia dengan rute Jakarta-Kemayoran-Solo & Solo-Jakarta-Kemayoran dengan frekuensi 3-kali seminggu.

Pada tanggal 25 Juli 1977, “Pangkalan Udara Panasan” berubah nama menjadi “Pangkalan Udara Utama Adi Sumarmo” yang diambil dari nama Adisumarmo Wiryokusumo (adik dari Agustinus Adisucipto).  Pada tanggal 31 Maret 1989, Bandara ini ditetapkan menjadi Bandara Internasional dengan melayani penerbangan rute Solo-Kuala Lumpur & Solo-Singapore.  Pada tanggal 1 Januari 1992, Bandara Adi Sumarmo dikelola oleh Perusahaan Umum Angkasa Pura I yang pada tanggal 1 Januari 1993 berubah status menjadi Persero Terbatas Angkasa Pura I sampai dengan sekarang.


Bandara Adi Sumarmo terletak di kota Solo, Jawa Tengah, yang mempunyai luas sekitar 56 hektar. Nama bandara ini diambil dari nama perintis TNI AU, Adi Soemarmo, yang gugur pada tahun 1947.

Terminal:
·         Domestik
Luas: 443,75 m²
Kapasitas penumpang: 119.000/tahun
·         Internasional
Luas: 368,75 m²
Kapasitas penumpang: 86.000/tahun



Untuk bangunan ATC (Air Traffic Control) sendiri merupakan pengatur lalu lintas udara sejak sebelum pesawat take off sampai dengan pesawat tersebut sampai ke tujuan. Menurut keterangan yang diberikan oleh Kapten Kamija sebagai Kadiv Ops. LLU Bandar Udara Adi Sumarmo, menyebutkan bahwa  peranan ATC yang terkait dangan pengoperasian bandar udara ada 3 (tiga) yaitu:
·         Peran Air Traffic Control (ATC) dalam memberikan informasi dan instruksi (clearance) kepada pesawat.
Dalam hal ini kepada pilot/penerbang dan awak pesawat dalam arti pesawat tersebut sebelum melakukan penerbangan dan masih berada di bandar udara harus sudah memperoleh informasi yang benar, jelas dan lengkap sepanjang daerah Run-way yaitu suatu daerah empat persegi panjang di atas lapangan udara darat yang dipersiapkan untuk tinggal landas/mendarat, sampai dengan Taxi-way yaitu suatu jalan tertentu di atas lapangan terbang darat yang dipilih dan dipersiapkan untuk pesawat terbang.


·         Peran Air Traffic Control (ATC) dalam menanggulangi jam sibuk di bandar udara.
Yaitu dengan cara mengatur jadwal penerbangan. Jam sibuk bandar udara sangat erat kaitannya dengan arus penumpang baik domestik maupun internasional. Penerbangan berjadwal atau borongan, pesiar/turis/bisnis membayar perusahaan dengan tarif khusus, di samping arus barang dan kargo.

·         Peranan Air Traffic Control (ATC) dalam pengendalian kebisingan di bandar udara
Masalah pengendalian kebisingan ini merupakan masalah global dan internasional, dimana bandar udara sebagai tempat datang dan berangkatnya pesawat udara terhadap lingkungan adalah sumber  kebisingan. Namun bila diperhatikan lebih jauh, maka sumber kebisingan yang menonjol di suatu bandar udara adalah karena mesin pesawat udara dan gerakan udara pada permukaan-permukaan pesawat udara ketika pesawat udara tinggal landas dan akan mendarat.





 Untuk ketersediaan BBM di bandara Adi Soemarmo menurut Unit Manager Communication & CSR Pertamina MOR IV, Andar Titi Lestari, Kota Solo menjadi salah satu embarkasi haji utama di Pulau Jawa.
“Sarana Fasilitas di Depot Pengisian Pesawat Udara (DPPU) Adi Soemarmo telah sangat siap melayani penerbangan haji. Didukung suplai avtur dari Terminal BBM Rewulu, DPPU Adi Soemarmo memiliki kapasitas tangki sebesar 900 KL didukung dengan tambahan 5 (lima) unit Refueller masing-masing 25 KL sehingga total keseluruhan ketahanan stok sebanyak 1.025 KL,” paparnya.
Andar menambahkan, DPPU Adi Soemarmo juga akan menambah jam operasional menjadi 24 jam selama penerbangan haji berlangsung. Dengan menggunakan pesawat berbadan besar tipe A330 yang akan dioperasikan oleh maskapai Garuda Indonesia dan Wamos Air, diperkirakan sebanyak 34.000 jamaah akan diberangkatkan dari bandara Adi Sumarmo.



Untuk fasilitas umum yang ada di bandara Adi Soemarmo meliputi beberapa macam diantaranya : 

Fasilitas di lantai 1


Fasilitas di lantai 2 dan lantai 3


·         Garbarata untuk memudahkan penumpang naik maupun turun dari  pesawaat
·         Transportasi yang tersedia di bandara Adi Soemarmo
a.       Bus
Bus
Tujuan
Tarif
Damri
Terminal Tirtonadi
Rp20.000,00
Batik Solo Trans (BST)
Koridor 1 (Bandara - Palur)
Rp20.000,00
b.      Taksi Bandara
c.       Kereta Bandara










2.   Bandar Udara Internasional Juanda

Bandar Udara Internasional Juanda (BUIJ) (bahasa InggrisJuanda International Airport) (IATASUBICAOWARR), adalah bandar udara internasional yang terletak di Kecamatan SedatiKabupaten Sidoarjo, 20 km sebelah selatan Surabaya. Bandara Internasional Juanda dioperasikan oleh PT Angkasa Pura I. Namanya diambil dari Ir. Djuanda Kartawidjaja, Wakil Perdana Menteri (Waperdam) terakhir Indonesia yang telah menyarankan pembangunan bandara ini. Bandara Internasional Juanda adalah bandara tersibuk kedua di Indonesia setelah Bandara Internasional Soekarno-Hatta berdasarkan pergerakan pesawat dan penumpang. Bandara ini melayani rute penerbangan dari dan tujuan Surabaya dan wilayah Gerbangkertosusila.
Bandara ini memiliki panjang landasan 3000 meter dengan luas terminal sebesar 51.500 m², atau sekitar dua kali lipat dibanding terminal lama yang hanya 28.088 m². Bandara baru ini juga dilengkapi dengan fasilitas lahan parkir seluas 28.900 m² yang mampu menampung lebih dari 3.000 kendaraan. Bandara ini diperkirakan mampu menampung 13 juta hingga 16 juta penumpang per tahun dan 120.000 ton kargo/tahun.

Sejarah
Rencana untuk membangun satu pangkalan udara baru yang bertaraf internasional sebenarnya sudah digagas sejak berdirinya Biro Penerbangan Angkatan Laut RI pada tahun 1956. Namun demikian, pada akhirnya agenda politik pula yang menjadi factor penentu realisasi program tersebut. Salah satu agenda politik itu adalah perjuangan pembebasan Irian Barat. Berangkat dari tujuan membantu operasi TNI dalam pembebasan Irian Barat, pemerintah menyetujui pembangunan pangkalan udara baru di sekitar Surabaya. Saat itu terdapat beberapa pilihan lokasi, antara lain: GresikBangil (Pasuruan) dan Sedati (Sidoarjo). Setelah dilakukan survei, akhirnya pilihan jatuh pada Kecamatan Sedati, Sidoarjo. Tempat ini dipilih karena selain dekat dengan Surabaya, areal tersebut memiliki tanah yang sangat luas dan datar, sehingga sangat memungkinkan untuk dibangun pangkalan udara yang besar dan dapat diperluas lagi di kemudian hari.
Proyek pembangunan yang berikutnya disebut sebagai “Proyek Waru” tersebut merupakan proyek pembangunan lapangan terbang pertama sejak Indonesia merdeka. Proyek ini bertujuan menggantikan pangkalan udara yang tersedia di Surabaya adalah landasan udara peninggalan Belanda di Morokrembangan dekat Pelabuhan Tanjung Perak, yang sudah berada di tengah permukiman yang padat dan sulit dikembangkan. Pelaksanaan proyek Waru, melibatkan tiga pihak utama, yaitu: Tim Pengawas Proyek Waru (TPPW) sebagai wakil pemerintah Indonesia, Compagnie d’Ingenieurs et Techniciens (CITE) sebagai konsultan, dan Societe de Construction des Batinolles (Batignolles) sebagai kontraktor. Kedua perusahaan asing terakhir, merupakan perusahaan asal Perancis. Dalam kontrak yang melibatkan tiga pihak tersebut, ditentukan bahwa proyek harus selesai dalam waktu empat tahun (1960-1964).
Untuk membangun pangkalan udara dengan landasan pacu yang besar (panjang 3000 meter dan lebar 45 meter) ini membutuhkan pembebasan lahan yang luas keseluruhannya mencapai sekitar 2400 hektar. Lahan tersebut tidak hanya berbentuk tanah, tetapi juga sawah dan rawa. Selain itu juga dibutuhkan pasir dan batu dalam jumlah yang besar. Pasirnya digali dari Kali Porong dan batunya diambil dari salah satu sisi Bukit Pandaan yang, kemudian diangkut dengan ratusan truk proyek menuju Waru. Jumlah pasir dan batu yang diperlukan sekitar 1.1200.000 meter kubik atau 1.800.000 ton. Konon Jumlah pasir sebanyak itu bisa digunakan untuk memperbaiki jalan Jakarta-Surabaya sepanjang 793 Km dengan lebar 5 m dan kedalaman 30 cm. Sedangkan jarak tempuh seluruh truk proyek, bila digabungkan adalah sekitar 25 juta Km atau 600 kali keliling bumi.
Dengan kegiatan proyek yang berlangsung siang-malam dan dukungan kerjasama dari berbagai pihak (Pemerintah Kota Surabaya, Komando Resor Militer (Korem) Surabaya, Otoritas Pelabuhan dan masyarakat pada umumnya), akhirnya proyek tersebut dapat diselesaikan lebih cepat dari waktu yang ditentukan. Pada tanggal 22 September 1963, berarti tujuh bulan lebih cepat, landasan tersebut sudah siap untuk digunakan. Sehari kemudian satu sortie penerbangan, yang terdiri empat pesawat Fairey Gannet ALRI, di bawah pimpinan Mayor AL (Pnb) Kunto Wibisono melakukan uji coba pendaratan untuk pertama kalinya.
Di tengah proses pembangunan bandara ini, sempat terjadi krisis masalah keuangan. Ketika itu bahkan pihak Batignolles sempat mengancam untuk hengkang. Penanganan masalah ini pun sampai ke Presiden Sukarno. Dan Presiden Sukarno kemudian memberikan mandat kepada Waperdam I Ir. Djuanda untuk mengatasi masalah ini hingga proyek ini selesai. Pada tanggal 15 Oktober 1963, Ir. Djuanda mendarat di landasan ini dengan menumpangi Convair 990 untuk melakukan koordinasi pelaksanaan proyek pembangunan. Tidak lama setelah itu, pada tanggal 7 November 1963 Ir. Djuanda wafat. Karena dianggap sangat berjasa atas selesainya proyek tersebut dan untuk mengenang jasa-jasa dia, maka pangkalan udara baru tersebut diberi nama Pangkalan Udara Angkatan Laut (LANUDAL) Djuanda dan secara resmi dibuka oleh Presiden Sukarno pada tanggal 12 Agustus 1964. Selanjutnya pangkalan udara ini digunakan sebagai pangkalan induk (home base) skuadron pesawat pembom Ilyushin IL-28 dan Fairey Gannet milik Dinas Penerbangan ALRI.
Dalam perkembangannya muncul keinginan maskapai Garuda Indonesia Airways (GIA) untuk mengalihkan operasi pesawatnya (Convair 240, Convair 340 dan Convair 440) dari lapangan terbang Morokrembangan yang kurang memadai ke Djuanda. Namun, karena dalam pembangunannya tidak direncanakan untuk penerbangan sipil, Lanudal Djuanda tidak memiliki fasilitas untuk menampung penerbangan sipil sehingga kemudian otoritas pangkalan saat itu berinisiatif merenovasi gudang bekas Batignolles untuk dijadikan terminal sementara. Dan jadilah Lanudal Djuanda melayani penerbangan sipil yang pengelolaannya sejak 7 Desember 1981 dilakukan oleh Direktorat Jenderal Perhubungan Udara Departemen Perhubungan RI. Pada 1 Januari 1985, pengelolaan bandara komersial ini dialihkan kepada Perum Angkasa Pura I berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 30 tahun 1984. Seiring waktu berjalan, frekuensi penerbangan sipil disana pun bertambah. Hingga akhirnya dibangun terminal khusus untuk melayani penerbangan sipil dan melayani juga penerbangan internasional. Pada 24 Desember 1990, Bandara Juanda ditetapkan sebagai bandara internasional dengan peresmian terminal penerbangan internasional.



  

Denah terminal 1



Terminal 1
Terminal 1 Bandara Juanda dibuka pada tahun 2006. Terminal ini terletak di sebelah utara landasan pacu. Terminal ini terbagi menjadi terminal 1A dan 1B. Terminal 1A untuk keberangkatan CitilinkBatik AirAirfast Indonesia, dan untuk keberangkatan Umroh. Terminal 1B untuk keberangkatan Lion AirWings AirSriwijaya AirNAM AirKalstarTrigana AirSusi Air, dan Travira Air. Beberapa tahun kemudian, semakin banyak rute penerbangan dari dan ke Surabaya. Baik domestik, maupun internasional. Hal ini membuat terminal ini menjadi overload. Kapasitas sebenarnya hanya 6 juta penumpang/tahun. Namun pada tahun 2013, jumlah penumpang yang berangkat dan datang menjadi 17 juta penumpang/tahun. Akhirnya pemerintah memutuskan membangun terminal 2 yang berada di terminal lama bandara juanda. Terminal lama dibongkar dan dibangun terminal 2.



Denah terminal 2
Terminal 2
Juanda. Terminal lama dibongkar dan dibangun terminal 2. Terminal ini dibangun untuk mengurangi kepadatan penumpang di terminal 1 yang sudah overload. Terminal ini dipakai untuk keberangkatan Domestik Garuda Indonesia, dan Indonesia AirAsia, dan keberangkatan Internasional Garuda IndonesiaIndonesia AirAsiaIndonesia AirAsia XLion AirAirAsiaJetstarSingapore AirlinesSilk AirCathay PacificChina Airlines, dan lain-lain. Setelah tertunda beberapa bulan, terminal ini dijadwalkan beroperasi tanggal 14 Februari 2014. Namun karena abu letusan Gunung Kelud, terminal ini ditunda operasinya hingga beberapa hari. Terminal ini akan menampung 6 juta penumpang/tahun. 
Terminal 3

Terminal 3 mulai dibangun sejak awal tahun 2015. Terminal ini terletak di sebelah timur Terminal 1 Juanda. Terminal ini dibangun demi mengurangi kepadatan penumpang di terminal 1 dan 2 yang sudah overload. Rencananya, terminal ini akan beroperasi pada tahun 2018. Terminal ini memiliki landasan pacu tersendiri, berbeda dengan Terminal 1 dan 2 yang hanya memiliki sebuah landasan pacu. Terminal ini berkonsep Airport City dan dilengkapi pusat perbelanjaan, kereta monorel, dan akses bawah tanah ke terminal 1 dan 2 serta Jalan Tol Waru-Juanda

Transportasi Darat

·        Jalan Raya dan Toll
Bandara Juanda terkoneksi dengan Jalan Tol Waru-Juanda menuju ke Surabaya sepanjang 15 km, yang menghubungkan Juanda dengan sistem jalam toll Surabaya-Gresik, Surabaya-Malang dan Surabaya-Mojokerto.
Bandara ini juga dihubungkan dengan Jalan Raya Waru untuk ke Surabaya dan Jalan


Letjen S. Parman ke Sidoarjo.

·        Bus
Bus DAMRI disediakan oleh pemerintah setempat untuk mengantarkan penumpang dengan Terminal Purabaya ke Surabaya yang dimulai sejak bulan November 2006.
·        Taksi
Taksi Primkopal Juanda memberlakukan tarif tetap ke berbagai macam tujuan di kota Surabaya dan daerah sekitarnya termasuk Malang, Blitar, Jember, Tulungagung. Berbeda dengan bandara lainnya di Indonesia. Tiket taksi dapat dibeli di loket yang terletak di pintu keluar bandara
·        Kereta Monorel
Kereta Monorel akan dibangun dan diresmikan bersamaan dengan terminal 3 dan 4. Panjang relnya sekitar 20 km. Nantinya, akan memiliki 29 halte yang jarak tiap haltenya antara 1,5 km hingga 2 km. Monorel ini juga memiliki 2 gerbong yang berkapasitas 200 orang.
·        Sewa Mobil
Terdapat penyewaan mobil beserta supir dengan harga relatif terjangkau, dan merupakan transportasi alternatif bila ingin berkeliling Surabaya maupun ke kota terdekat seperti Malang. Kios-Kios penyewaan yang telah disertifikasi terdapat di bagian pengambilan bagasi. Berhati-hati bila ditawarkan penyewaan harga miring oleh orang-orang diluar terminal, karena sering terjadi kasus diturunkan ditengah jalan maupun penculikan.



Selain itu terdapat beberapa agen travel dari berbagai penjuru kota jawa timur diantaranya dari kota Surabaya, Malang, Jember, Madiun dan kota lainnya.





3.   Bandar Udara Internasional Jenderal Ahmad Yani
 


Bandar Udara Internasional Ahmad Yani (bahasa Inggris: Ahmad Yani International Airport) (IATA: SRGICAO: WAHS), adalah sebuah bandar udara yang terletak di Kota Semarang, Jawa Tengah, Indonesia. Nama bandara ini diambil dari salah satu nama pahlawan revolusi Indonesia, Achmad Yani. Peresmian menjadi bandara internasional berlangsung dalam penerbangan perdana Garuda Indonesia ke Singapura bulan Maret 2004.
Pada awalnya Bandara Achmad Yani adalah pangkalan udara TNI Angkatan Darat, dahulu lebih dikenal dengan Pangkalan Udara Angkatan Darat Kalibanteng. Berdasarkan Surat Keputusan Bersama Panglima Angkatan Udara, Menteri Perhubungan dan Menteri Angkatan darat tanggal 31 Agustus 1966, maka Pangkalan Udara AD diubah statusnya menjadi Pangkalan Udara Bersama Kalibanteng Semarang. Namun karena peningkatan frekuensi penerbangan sipil, maka pada tanggal 1 Oktober 1995, Bandar Udara Achmad Yani Semarang menjadi salah satu Bandar Udara di bawah PT Angkasa Pura.
Bandara Achmad Yani berubah menjadi bandara internasional pada tahun 2004 setelah Garuda Indonesia membuka rute Semarang-Singapura. Sekarang, Bandara Internasional Achmad Yani memiliki satu terminal di sebelah selatan landasan pacu, dengan satu pintu masuk dan keberangkatan masing-masing untuk penerbangan domestik dan internasional. Terminal ini memiliki luas 2.657 m2 dan kapasitas dalam negeri 180 penumpang. Fasilitasnya meliputi toko cinderamata, gerai makanan, bank, money changer, hotel dan travel booking, layanan taksi dan penyewaan mobil. Bandara ini juga memiliki landasan 2.560 x 45 meter.

Statistik (2018)
Arah
Panjang
Permukaan
kaki
m
13/31
8.398
2.560
Asphalt
Statistik (2018)
Penumpang
5.162.100
Pergerakan Pesawat
45.515
Kargo
13.220.000









Pemerintah Provinsi Jawa Tengah memulai proyek ini pada tahun 2005. Bandar Udara Internasional Achmad Yani nantinya akan memiliki fasilitas berikut ini:
a.       Perpanjangan landasan — Landasan sepanjang 3.260 m yang mampu menampung Airbus A330, Boeing 747, Boeing 777, dan Boeing 787 yang baru-baru ini diresmikan oleh Gubernur Jawa Tengah.
b.      Terminal baru yang lebih besar — Terminal baru ini akan dibangun di sebelah utara runway, seluas 27.500 m2 yang akan mampu menampung 3.000.000 penumpang. Dan juga akan dilengkapi dengan 25 counter check-in dan 3 garbarata.
c.       Apron seluas 61.344 m2 yang mampu menampung 10 pesawat berbadan lebar. Perluasan ini dijadwalkan selesai bulan Juli 2013.
d.      Pembangunan akses jalan tol seperti Jalan Tol Bandara Achmad Yani dari Kaliwungu, Kendal & Mangkang, Semarang terhubung dengan Tol Semarang-Batang dengan panjang 14 km.



Denah Bandar Udara Jenderal Ahmad Yani

 Denah Terminal Internasional
Denah Terminal Domestik




Transportasi publik
Bus Rapid Trans (BRT)
·         Koridor I : Terminal Mangkang - Pemuda - Terminal Penggaron
·         Koridor II : Terminal Sisemut - Pemuda - Terminal Terboyo
·         Koridor III : Pelabuhan Tanjung Emas - Akpol - Elizabeth
·         Koridor IV : Terminal Cangkiran - Imam Bonjol Udinus - Stasiun Tawang
·         Koridor V : Meteseh - Simpang Lima - Bandara Jenderal Ahmad Yani - PRPP
·         Koridor Bandara : Bandara Jenderal Ahmad Yani - Simpang Lima
·         Koridor VI :  Undip Tembalang - Elizabeth - Unnes Sekaran
·         Koridor VII : Terminal Terboyo - Woltermonginsidi - Soekarno Hatta – Pemuda
Taksi
JAM OPERASIONAL
LOKASI COUNTER TAKSI
ZONA (TARIF/ARGO)
06.00 - 24.00 WIB
Selasar pick up zone Terminal Baru Bandara Ahmad Yani
Mulai dari Rp 35.000,-




Karakteristik ATC




Air Traffic Controller (ATC) adalah penyedia layanan yang mengatur lalu-lintas di udara terutama pesawat terbang untuk mencegah pesawat terlalu dekat satu sama lain dan tabrakan. ATC merupakan pengatur lalu lintas udara yang tugas utamanya mencegah pesawat terlalu dekat satu sama lain dan menghindarkan dari tabrakan (making separation). Selain tugas separation, ATC juga bertugas mengatur kelancaran arus traffic (traffic flow), membantu pilot dalam menghandle emergency/darurat, dan memberikan informasi yang dibutuhkan pilot (weather information atau informasi cuaca, traffic information, navigation information, dll). Selain tugas-tugas ATC yang mempunyai tanggung jawab yang besar, ATC juga mempunyai batas kendali, yaitu kendali darat dan kendali udara.
Wilayah kendali darat mencakup seluruh pergerakan di dalam airside Airport. Pengendalian dalam wilayah udara mencakup arrivals, instrument approach, visual approach, take off, landing, dan transisi kontrol dari sebuah aerodrome ke aerodrome lain. Selain wilayah kendali yang begitu luas, ATC juga dituntut untuk dapat menjalankan peraturan yang disediakan sesuai dengan tujuan pelayanan lalu-lintas udara.



Fasilitas bandara

Toilet
Tahukah kalian bahwa sebentar lagi Bandara Ahmad Yani Semarang akan pindah ke Terminal Baru yang berada di sebelah utara?
Bandara Ahmad Yani Semarang yang sebelumnya hanya memiliki 9 titik toilet umum dan 2 titik toilet difabel, di terminal baru nanti telah disediakan 11 titik toilet umum dan 11 titik toilet difabel. Luasan toilet di terminal baru pun lebih besar jika dibandingkan dengan toilet di bandara lama.

Garbarata
Tahukah kalian bahwa sebentar lagi Bandara Ahmad Yani Semarang akan pindah ke Terminal Baru yang berada di sebelah utara?
Terminal Baru Bandara Ahmad Yani Semarang memiliki fasilitas yang sebelumnya tidak tersedia di bandara lama, salah satunya garbarata. Garbarata adalah jembatan berdinding dan beratap yang menghubungkan ruang tunggu penumpang ke pintu pesawat.




Bagasi
Tahukah kalian bahwa sebentar lagi Bandara Ahmad Yani Semarang akan pindah ke Terminal Baru yang berada di sebelah utara?
Terminal Baru Bandara Ahmad Yani Semarang memiliki fasilitas yang sebelumnya tidak tersedia di bandara lama, salah satunya garbarata. Garbarata adalah jembatan berdinding dan beratap yang menghubungkan ruang tunggu penumpang ke pintu pesawat.


Area komersial
Tahukah kalian bahwa sebentar lagi Bandara Ahmad Yani Semarang akan pindah ke Terminal Baru yang berada di sebelah utara?
Bandara Ahmad Yani Semarang bekerjasama dengan para mitra usaha dan mitra kerja untuk meningkatkan kepuasan pelanggan. Oleh karena itu area komersial di Terminal Baru Bandara Ahmad Yani Semarang didesain lebih modern. Gambar diatas merupakan area yang nantinya direncanakan menjadi area komersial

Exibition
Tahukah kalian bahwa sebentar lagi Bandara Ahmad Yani Semarang akan pindah ke Terminal Baru yang berada di sebelah utara?
Bandara Ahmad Yani yang sebelumnya hanya dapat menampung 800.000 penumpang setiap tahunnya, di terminal baru nanti dapat menampung sebanyak 6 - 7 juta penumpang pertahun. Bagaimana pendapat kalian tentang penamilan baru dari Bandara Ahmad Yani?

Area keberangkatan
Tahukah kalian bahwa sebentar lagi Bandara Ahmad Yani Semarang akan pindah ke Terminal Baru yang berada di sebelah utara?
Terminal Baru Bandara Ahmad Yani Semarang dibangun elegan dengan konsep ‘diatas air’. Gambar diatas merupakan penampakan dari departure area atau yang biasa dikenal dengan area keberangkatan.
 




Komentar

Postingan populer dari blog ini

5W+1H DALAM PERENCANAAN MANAJEMEN

SPESIFIKASI TEKNIS PENGERJAAN PLESTERAN DAN ACIAN